Translate

Kamis, 10 November 2011

Pacar Seminggu

Nino dan Dea adalah sepasang sahabat yang begitu dekat, walaupun mereka baru berteman sekitar setahun belakangan ini, mereka sudah terlihat begitu akrab. Nino selalu ada disaat Dea sedang merasa sedih. Nino adalah sosok lelaki yang memiliki sifat penyayang, ia begitu menyayangi Dea, ia juga selalu mengerti dengan sifat Dea yang sangat kekanak – kanakan.

Sampai pada suatu hari, Nino membuat Dea merasa tidak nyaman dengan pengkuannya yang mengatakan bahwa ia menyukai Dea lebih dari seorang sahabat, namun Dea menganggap itu hanya lelucon Nino yang sangat garing.

“Hahaha. . Enggak usah bercanda deh, enggak lucu tahu, malah garing kaya kerupuk yang ke injek semut.” Ujar Dea datar.

Nino tak bisa dibuat bicara oleh sikap Dea, karena merasa malu. Nino berpikir harusnya pernyataannya ia tadi bisa terlihat lebih terkesan, tapi dimata Dea itu hanya sebuah lelucon.

“Ihh, Udah pake tampang muka serius juga, malah dibilang kaya kerupuk ke injek semut.” Gumam Nino membathin

“Oh iya No, lu enggak jalan sama cewek - cewek lu itu?” Tanya Dea mengalihkan pembicaraan.

“Bosen gue, dari kemarin jalan mulu, hari senin sama Tia, kemarin sama Ana, kalau bisa sih hari ini sama lu. Hehehe!” Seru Nino

“Enak aja, Ogah banget gue jadi yang ketiga.”

“Oh jadi lu maunya yang pertama? Bisa . . bisa . . Bisa diatur. Hahaha”

“Udah ah, males gue jadinya.”

Dea beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil minum, tapi bukan untuk Nino melainkan untuknya sendiri. Nino sudah terbiasa datang ke rumah Dea, oleh sebab itu Dea juga sudah tidak asing lagi dengan kedatangan tuyul afrika yang satu itu. Dea menyebut Nino tuyul afrika karena rambut Nino yang di pangkas agak botak ditambah dengan kulitnya yang gelap, ia memang pantas dipanggil dengan sebutan tuyul afrika. Dea selalu merasa senang bila Nino datang ke rumah, karena hanya Nino yang bisa menyulap suasana yang bosan menjadi tidak membosankan.

“Woy De, nanti malam kan Jerman lawan Spanyol tuh, kira – kira siapa yang menang?” Tanya Nino yang sedang duduk di teras rumah Dea.

Dea berjalan sambil meminum dan menghampiri Nino, Ia menaruh gelasnya dimeja dan Nino tidak heran lagi kalau Dea mengambil minum bukan untuknya tapi buat dirinya sendiri.

“Kebiasaan deh, pasti kalau kesini enggak pernah dikasih minum. Huh.” Gumam Nino

“Kalau menurut gue ya, pasti Jerman, soalnya kan kemaren mereka berhasil tuh ngebantai Argentina 4-0, Hahaha.” Ujar Dea

Dea sangat puas menghina tim kesanyangan Nino yaitu Argentina sebab Dea merasa dendam dengan tim tersebut yang sudah membantai tim favoritenya yaitu Korea Selatan dengan skor 4-1.

“Ya udah, kita buktiin aja nanti, lu mau taruhan?” Tawarkan Nino

“Emmhh, tapi gue enggak mau taruhan uang, Deal?” Tanya Dea.

“Boleh, kira – kira apa ya!” Ujar Nino

Nino berpikir keras untuk menemukan taruhan yang cocok untuk mereka, sekitar beberapa menit ia berpikir, ia pun tersenyum ketika telah menemukan idenya.

“Ahaaa . .!” Seru Nino

Dea sangat terkejut karena Nino membuatnya hampir jantungan.

“Teriak sih boleh – boleh aja, tapi jangan bikin orang mati karena jantungan dong!”

“Hehehe, Mangap . . Eh maaf maksud gue.”

Nino langsung memberitahukan taruhannya pada Dea, taruhan yang ditawarkan Nino memang sedikit konyol, tapi itulah Nino yang selalu membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dea mati – matian menolak tawaran Nino, namun Nino tetap bersikukuh meminta Dea untuk menyetujuinya. Akhirnya Dea pun menyetujuinya karena tidak ingin dibilang pengecut.

“Oke, gue setuju, PACAR SEMINGGU doang kan? Siapa takut!” Tantang Dea

“Deal? Gue pilih Spanyol, Lu pilih Jerman kan?”

“Iye . . “

Mereka pun membuat kesepakatan, bagi siapa yang kalah mereka harus menjadi PACAR SEMINGGU. Nino memang pintar membuat sesuatu yang tak mungkin, Meski Nino sudah memiliki 2 pacar, ia selalu saja merayu Dea dan itulah yang membuat Dea merasa Nino adalah seorang pelawak yang super garing.


***

“Hhahaha, 1-0 . . gue menang!” Seru Nino

Dimana pun Nino berada ia tidak pernah memperdulikan sikapnya berlebihan atau tidak, yang jelas ia sedang merasa bangga karena tebakannya benar. Dea langsung menutup mulut Nino yang sedang berteriak di teras rumahnya, padahal hari kan masih pukul 07.00 pagi, tapi Nino sudah membuat keributan.

“Ih, lu tuh ya, ini itu masih jam 7, lu udah teriak – teriak kaya orang utan enggak dikasih makan setahun, di rumah orang pula!” Cerocos Dea

“Yehh, gue itu lagi seneng nih, pacar. Hahaha !” Seru Nino

Kening Dea mengerut mendengar Nino memanggilnya seperti itu, ia tidak bisa membayangkan kalau orang aneh itu harus menjadi pacar sungguhannya, untung saja ini hanya taruhan yang berlangsung selama seminggu.

“Idih, pacar? lucu gue ngedengernya, tau enggak?”

“Hahaha, begitu tuh kalau kalah, enggak mau mengakui kekalahannya, pacar ya pacar.” Ujar Nino

Nino selalu tersenyum melihat reaksi Dea ketika ia memanggilnya PACAR, pagi itu Nino main ke rumah Dea, walaupun masih pagi banget. Dea yang sudah terbiasa, memaklumi kedatangan Nino.

“Oh iya De, gue mau ngedenger lu panggil Sayang dong!” Pinta Nino

Dea kaget, karena dalam kesapakatannya mereka hanya menjadi PACAR SEMINGGU, bukan jadi pacar benaran yang biasa panggil pasangannya dengan panggilan yang mesra.

“Apa – apaan lu, enggak! Enggak ada tuh kesepakatan panggil sayang – sayangan, Ogah gue!”

“Yehh, namanya pacar harus panggil sayang atuh.”

“Iye . . Sayang!” Seru Dea dengan wajah melas

Nino sangat senang mengerjai Dea, karena hanya dengan cara ini Nino bisa sepuasnya mengerjai Dea tanpa balasan dari Dea. Sebab, selama seminggu ini Nino berhak melakukan hal yang ia inginkan tapi masih dalam batas sewajarnya sih. Mungkin seminggu ini akan menjadi hari yang menyenangkan untuk Nino karena Dea tidak bisa lagi berbuat sesuka hatinya.

“Honey, ambilin aku minum dong!” Seru Nino sambil senyum – senyum

“Ogah . .”

“Inget Janji . . Janji . .” Ucap Nino mengingatkan Dea tentang taruhan itu

“O . . Oke!”

Dea berdiri dari duduknya dan berjalan seakan ia tidak ikhlas melakukan semua itu. Saat Dea kembali, ini menyodorkan minum itu dengan kasar, namun Nino yang sedang membaca majalah hp menyuruh Dea mengulanginya lagi.

“Ini minumnya, Honey!”

Nino menutup majalah tersebut dan menatap Dea dengan penuh kemenangan. Dea pun kembali duduk disamping Nino, cewek itu tak henti – hentinya mengoceh.

“Ya Allah, percepatlah hari ini, besok, besoknya lagi, dan minggu depan, jangan biarkan tuyul afrika satu ini tertawa dibalik penderitaanku. Amin.”

Nino tersendak saat mendengar doa Dea yang konyol itu, Dea seakan – akan tidak menganggap Nino sebagai orang melainkan tuyul.

“Oh . . Jadi enggak ikhlas nih? Enggak sportif banget sih lu!”

“Eitzz, jangan bilang gue Dea, kalau tantangan begini aja gue enggak bisa lalui, kita liat aja, gue pasti bakal jadi PACAR SEMINGGU lu yang paling baik.” Jelas Dea sambil membelai dagu Nino

Dea sengaja melakukan hal itu walau sebenarnya ia sudah muak meakukannya.


***

Hari ke-3 . . .

“Ehh, Honey! Tumben datangnya siang?” Tanya Dea

“Nih orang kesambet setan apa, tumben banget baik sama gue.” Gumam Nino

“Ihh, asal lu tahu ya, gue udah enggak tahan tahu pura – pura begini.”

“Oh iya nih, biasa orang sibuk, jadi agak telat deh datangnya.” Jawab Nino

“Sibuk ngapain lu, sibuk jadi kuli cuci?” Tanya Dea membatin, “Oh iya, lu mau minum apa?”

“Minum? Tumben banget?”

“Kan gue udah bilang mau jadi PACAR SEMINGGU yang baik buat lu.”

“Emhh, bagus . . bagus . . bagus!” Ucap Nino sambil mengelus rambut Dea.

“Bagus buat lu, buat gue sih enggak! Lagi ide lu konyol banget sih. Dasar stress!”

Dea bersikap seakan – akan ia memang pacar sungguhan Nino, ia tidak ingin hanya karena masalah seperti ini ia disebut sebagai pengecut. Nino pun sudah masuk dalam jebakan Dea, ia benar – benar mengira Dea melakukan semua itu dengan ikhlas dan tulus.


***

Hari demi hari Dea jalani penuh dengan keterpaksaan, namun ia sedikit menjadi lega, sebab tinggal dua hari lagi ia melakukan kekonyolan yang dibuat oleh Nino. Hari ini hari ke enam sejak dimulainya pertaruhan itu. Pagi itu Dea lebih terlihat cerah, karena tidak diganggu dengan kedatangan si tuyul afrika.

Hari ini Nino harus pergi, oleh sebab itu ia tidak bisa datang ke rumah Dea untuk melanjutkan aksi – aksi konyolnya. Tapi Dea merasa hari ini begitu membosankan, apa karena tidak ada Nino?. Dea memang sering jengkel kalau bertemu Nino, tapi tanpa ia sadari bahwa Nino juga sering membuatnya terhibur.

Detik demi detik, menit demi menit, bahkan jam demi jam, Dea berada dikamarnya menanti adanya suara tuyul afrika itu, tapi setelah Dea bolak – balik keluar masuk kamar, suara yang ia tunggu tak kunjung terdengar.

“Huh, tuh tuyul kemana sih? Nyebelin banget!” Gumam Dea

Akhirnya Dea terpikir untuk mengirim pesan pada Nino. Ketika ia sudah mengetik pesannya, ia sempat ragu mengirimnya, karena Dea tahu Nino pasti bakal besar kepala ditanya seperti itu. Tapi Dea benar – benar penasaran Nino ada dimana, dan Dea pun mengirim juga pesan yang berisi “Hehh tuyul afrika, Lu kemana? Tumben kagak dateng ke rumah?”. Memang lucu sih isi pesan tersebut, terlihat dari kata – katanya bahwa Dea ingin Nino selalu ada disampingnya.

Tak lama kemudian hp Dea berdering, dengan cepat ia membuka pesan tersebut yang datang dari Nino. Pesan itu berisi “Sorry ya PACAR SEMINGGU, gue lagi jalan sama si Ana nih, bisa – bisa dia ngambek lagi kalo enggak gue apelin.”

Membaca pesan itu wajah Dea menjadi asam dan hancur, kaya jeruk yang ke lindes becak. Ironis memang ironis, ternyata Dea takut juga perhatian Nino terbagi – bagi sama kedua pacarnya. Hahaha.

“Ihh, males banget sih! Mentang – mentang punya cewek dua, gue dilupain. Huh!” Gumamnya

Dea kembali murung, ia merasa sangat bosan, ia terus mondar – mandir didalam rumah hingga keluarganya heran melihat tingkah laku Dea.

Tepat pukul 7 malam, ketika Dea sedang membaca sebuah novel dikamarnya, ia mendengar suara motor yang berhenti tepat diteras rumahnya. Ternyata yang datang itu benar tuyul afrika. Dea langsung bangkit dan meninggalkan novel yang sedang ia baca, ia berlari dengan semangat tapi saat tiba di teras rumahnya, ia berpura – pura seperti singa yang sedang kelaparan dengan wajah jutek, mata melotot bahkan bibir yang hampir mau jatuh.

“Kenapa lu De? Kesurupan? Jadi takut gue.” Ujar Nino meledek

Wajah Dea semakin menakutkan bagi Nino, tidak biasanya Dea seperti itu padanya. Dea pun langsung kembali normal, karena ia pikir untuk apa ia bilang pada Nino kalau seharian ini ia menunggu tuyul itu datang ke rumahnya.

“Eng . . Enggak! Ngapain lu kesini?” Tanya Dea agak jutek

“Oh, jadi gue enggak boleh dateng nih? Okeh, bye . . bye jelek, gue capek nih mau istirahat.”

Nino pun kembali menaiki motornya dan pergi pulang. Rumah Nino tidak jauh dari rumah Dea, makanya Nino sering datang ke rumah Dea tanpa izin.

“Ihh, nyebelin banget sih ini orang!” Gumam Dea


***

Hari ke-7 . . .

Hari ini Dea sengaja tidak ingin bangun pagi, karena ia tidak ingin lagi mengikuti kekonyolan yang dibuat Nino. Nino sendiri aja asyik dengan cewek – ceweknya, kenapa Dea harus ikut – ikutan ide konyol tuyul itu.

Saat Dea sedang berada di alam mimpinya, tiba – tibanya Ibunya datang membangunkan Dea, Dea sangat kesal dengan hal itu, sampai – sampai Dea tidak ingin membuka matanya. Apalagi Ibunya bilang kalau Nino sejak tadi menunggu di teras rumah mereka.

“Bilangin sama Nino, Dea enggak mau bangun, Dea mau tidur sampai besok pagi!” Seru Dea kesal

“Dea sayang, kamu enggak boleh begitu, temuin dia dulu, bilang sama dia sendiri. Mama enggak mau ikut – ikutan, Cepet! Nanti dia buat rusuh lagi di teras.” Ujar Ibunya

Ketika Ibunya sudah keluar dari kamarnya, Dea berpikir benar yang dikatakan oleh Ibunya, kalau ia tidak menemui Nino, pasti Nino benar – benar seperti tuyul afrika yang kehilangan induknya, ia pasti akan membuat keributan di rumah orang. Aneh bukan? Itulah Nino yang Dea kenal.

Dea pun beranjak dari tempat tidurnya untuk pergi menemui Nino, meski Dea belum cuci muka atau apa, ia tak peduli Nino mau bilang apa nantinya.

“Ada apa sih? Tumben banget lu dateng kesini? Gue mau istirahat tau!”

“Eitzzz, No . . no . . no . ., perjanjian kita belum habis sampai jam 12 malem nanti, jadi lu masih harus nurutin kata – kata gue.”

“Apa – apaan lu, memang lu kira gue mainan!” Seru Dea

“Yehh, kata lu enggak takut sama ide gue, mana?”

Dea kesal dan geram, sebenarnya ia memang ingin mengikuti semua ide konyol Nino, tapi Dea marah karena Nino sendirilah yang membuatnya badmood menjalani semua itu.

“Huh, Oke . . hari ini lu mau apa?” Tanya Dea dengan terpaksa.

“Emhh . . gue mau nonton!” Jawab Nino

“Gila lu, bioskop mana yang buka jam 8 pagi?”

“Ya enggak sekaranglah, Honey. Kita perginya nanti siang, sekarang gue mau temenin PACAR SEMINGGU gue dulu disini. Hahahaha!”

“Makan tuh PACAR SEMINGGU !! Ya udahlah gue mandi dulu, jangan berisik lu di rumah orang!”

“Sippp deh!”

Dea pergi untuk mandi, ia meninggalkan Nino sendiri di teras untuk menunggunya sampai selesai mandi.

Setelah setengah jam kemudian, akhirnya Dea keluar dengan penampilan yang tidak seperti tadi, yang masih kunyel, bau, dan berantakan. Sekarang Dea terlihat lebih rapi, wangi, dan cantik. Sampai membuat Nino terpesona, walau ia sudah sering melihat Dea seperti itu, tapi semakin hari Nino semakin menyukai Dea lebih daripada sekedar menjadi teman.

“Ehhh Tuyul !! Kenapa lu, liat gue begitu banget?” Tanya Dea

“Enggak, ternyata lu cakep juga ya, yek !!”

“Jeh, lu kalau mau muji jangan setengah – setengah, kenapa? Kalau cakep, cakep aja, enggak usah ada kata yek-nya lagi!”

“Hhehehehe.”

Nino pun mengajak Dea pergi jalan – jalan di hari terakhir perjanjian mereka. Nino mengajak berkeliling – keliling kesemua tempat, mulai dari tempat shopping, makan dan terakhir bioskop. Setelah Nino mendapatkan dua tiket untuk mereka, mereka pun pergi melihat – lihat sambil menunggu filmnya diputarkan. Namun tiba – tiba hp Nino berdering ketika mereka sedang berjalan.

“Siapa?” Tanya Dea

“Tia, Yek. Bagaimana dong?”

“Ya udah angkat aja.”

“Tunggu sebentar ya !”

Nino pergi menjauh dari sisi Dea untuk menerima telpon dari pacarnya, hati Dea sakit saat Nino menjawab telpon itu. Mungkin sebagai sahabat Dea cemburu kalau perhatian sahabatnya bukan hanya untuk dia.

Ketika Nino selesai menerima telpon, ia menghampiri Dea yang sudah duluan jalan ke gedung bioskop.

“Kok lu tinggalin gue sih, yek ?”

“Sorry, abis gue bt, daripada gue dengerin lu telpon – telponan, mending gue pergi aja.” Jawab Dea dengan dingin

Nino tersenyum, ia tahu kalau Dea itu sedang cemburu padanya, terlihat sekali dari raut wajah Dea.

“Kenapa lu, senyum – senyum enggak jelas!”

“Enggak, Enggak apa – apa, lucu aja!”

“Lucu apanya coba? Oh iya. . lu mau sampai kapan sih selingkuh mulu?”

“Sampai nanti, sampai gue temuin cewek yang cocok buat gue.”

“Oh . .”

Dea kembali diam sambil memainkan hpnya, ia tidak ingin melihat wajah Nino, karena ia tidak ingin melihat wajah jelek tuyul itu. Namun tiba – tiba Nino bersikap sedikit serius, entah itu hanya leluconya atau kekonyolannya lagi.

“Yek !”

“Apa lu?”

“Gue mau deh, kita kaya begini terus.”

“Maksud lu?”

Dea tidak berani menatap mata Nino, yang ada nanti ia termakan oleh rayuan gombal tuyul afrika itu.

“Gue enggak mau kita cuma jadi PACAR SEMINGGU, gue maunya jadi pacar beneran.”

Dea tersenyum sambil menahan tawanya, lelucon yang dibuat Nino kali ini benar – benar membuat Dea jadi muak.

“Hahahaha. . yang lucu tuh sebenarnya lu tau enggak!” Seru Dea

“Serius !” Ucap Nino

“Udah deh, lu enggak mau kan, gue bilang garing kaya kerupuk ke injek semut lagi?”

“De . . gue serius . . yus . . yus . . “

Dea menatap dalam – dalam mata Nino sambil memegang kedua pipi Nino. Nino kaget dengan apa yang di lakukan oleh Dea, ia mengira Dea benar – benar yakin dengan Nino dan ingin membalas perasaannya. Tapi tiba – tiba Dea malah menyubit pipi Nino sambil tertawa terbahak – bahak.

“Hahahahahaha. . gue enggak kuat akting kaya lu !”

Nino langsung muram mendengar Dea berkata seperti itu, padahal Nino berusaha bersikap serius walau wajahnya tidak cocok diajak serius. Nino ingin sekali meyakinkan Dea bahwa cewek yang bisa buat ia setia hanyalah dirinya.

Kali ini Nino benar – benar mengungkapkan perasaannya di gedung bioskop tersebut, tidak peduli Dea akan percaya atau tidak, yang jelas Nino ingin jujur tentang perasaannya selama ini. Dea terkejut saat Nino mengungkapkan kalimat terakhirnya.

“De, gue serius kalau gue sayang sama lu, cuma lu yang bisa buat gue enggak selingkuh lagi, cewek yang gue maksud itu lu, De !” Jelas Nino

Melihat tatapan mata Nino, Dea memang mulai yakin, selama ini Nino juga baik, perhatian, dan sayang sama Dea. Tapi ia tak mengira kalau perasaan Nino selama ini lebih dari apa yang ia kira. Saat Dea ingin menjawab perasaannya juga, tiba – tiba informasi mengatakan bahwa filmnya akan segera dimulai, Dea pun menarik tangan Nino untuk masuk ke dalam studio 3 sambil tersenyum cerah. Walau Dea tidak menyatakan langsung perasaannya, tapi Nino tahu benar bahwa Dea juga merasakan apa yang ia rasakan. Ternyata PACAR SEMINGGU itu tidak akan pernah berakhir. Karena akan terus belanjut. Hehehe.



-The End- 

Author : @EPH0918 dan Eka Purnama Harahap

0 Comment:

Posting Komentar

Total Penayangan

My Instagram

Instagram