Title : A Girl Meet Love
Cast : Ham Eunjung, Ok Taecyeon, Park Hyomin,GDragon
Other Cast : Moon Mason
Genre : Family, Friendship, Comedy
Backsong : A Girl Meet Love - K.will feat Tiffany
Like A Star - Taeyeon feat the one
Ijen.. seoroui apeumeul sarajigehae..
Nipumeseo nigyeoteseo useul su itge..
Nae mame deureowa jeonbuga doeeojwo..
Haengbongman kkumkkul su itge..
Namanui sarangi doeeojwo..
Nipumeseo nigyeoteseo useul su itge..
Nae mame deureowa jeonbuga doeeojwo..
Haengbongman kkumkkul su itge..
Namanui sarangi doeeojwo..
---------------------------
“Appa!!”
Seorang anak kecil
memasuki ruangan terbesar sebuah kantor penerbitan. Ia menghampiri ayahnya yang
sedang sibuk dengan dokumen–dokumen di meja kebesarannya. Melihat kedatangan
putranya, pria itu pun langsung menghentikan pekerjaannya.
“Kau darimana saja, eumh?”
Tanya pria itu sambil mendudukan putranya dimeja.
“Appa lihatlah!! Aku
menemukan ini!!”
Anak yang bernama Ok Mason itu memberikan sebuah buku pada pria yang dipanggilnya ‘Appa’. Pria itu adalah Ok Taecyeon, Presedir muda yang mampu menguasai dunia penerbitan di Korea selatan. Taecyeon menjadi orang tua tunggal untuk Mason karena isterinya meninggal setelah melahirkann anak itu.
“Dimana kau menemukannya?”
“Tadi aku menabrak seorang
bibi, aku rasa ini miliknya.” Papar Mason, polos.
“Bibi? Bibi Park?”
Mason menggeleng cepat.
“Aku tidak tahu, ini pertama kalinya aku melihat bibi itu. Rambutnya sebahu dan
dia sangat cantik. Appa, aku menyukainya.”
Taecyeon tersenyum
mendengar cerita menggemaskan dari Mason. Untuk pertama kalinya ia begitu
antusias menceritakan seorang wanita dewasa.
“Kau baru pertama kali
bertemu dengannya, bagaimana bisa kau menyukainya?”
Mason hanya menjawab
dengan senyuman nakalnya.
“Baiklah, Appa mengerti.”
Ujar Taecyeon sambil mengelus lembut pucuk kepala putranya.
---------------------------
Seorang gadis anggun memasuki
ruangan Presedir sambil membawa beberapa dokumen penting.
“Bibi Park!!” Seru Mason.
Ia menghambur ke tubuh
mungil gadis itu. Tak sungkan, Hyomin pun menggendongnya.
“Sayang, Kau datang?”
“Ya.”
Gadis itu adalah Park
Hyomin, sahabat Taecyeon yang sudah lama menjadi Sekretarisnya. Mason sangat
dekat dengan gadis itu karena Hyomin-lah yang merawatnya sejak bayi.
“Mason-ah, turunlah!!
Bibi-mu pasti merasa berat.”
“Tidak masalah,
Taecyeon-ah. .”
Hyomin tersenyum pada
Mason yang terlihat senang. Tingkah Mason sungguh menggemaskan dan hal itu membuat
Hyomin sangat menyukainya.
“Mason-ah, kau tunggu-lah
di sofa. Appa ingin berbicara dengan Bibi Park.”
“Baiklah.”
Mason berlari ke sofa
setelah Hyomin menurunkannya.
“Ini dokumen yang harus kau tanda tangani.”
“Ya. Aku akan melihatnya
nanti.” Ujar Taecyeon.
“Mengapa kau mengajak
Mason kemari?” Tanya Hyomin, memandang Mason yang sedang bermain dengan miniature
superman-nya disofa.
“Dia selalu mengeluh tidak
ingin dititipkan pada sepupuku Donghae. Jadi kali ini aku sengaja mengajaknya.”
Taecyeon pun memandang Mason, sedih.
“Sudah saatnya kau mencarikan
Ibu untuknya.”
Hyomin berbalik badan dan
tersenyum pada pria tersebut.
“Aku belum memikirkannya.”
Ujar Taecyeon, tersenyum tipis.
Sesaat suasana hening dan
membuat keduanya jadi salah tingkah.
“Ah! Hyomin-ah, apa perusahaan
kita merekrut pegawai baru?” Tanya Taecyeon teringat akan sesuatu.
“Pegawai baru?”
Hyomin terdiam sejenak dan
memutar otaknya untuk berpikir.
“Aku tidak tahu. Ada apa?”
“Bisakah kau cari tahu
lalu berikan resume-nya padaku?”
“Untuk apa?”
“Tadi Mason berbicara
tentang seorang bibi yang ditabraknya. Katanya ini pertama kali ia melihat
gadis itu.”
“Ah! Baiklah.”
Hyomin tertegun mendengar
hal itu. Ada perasaan aneh yang membuat hatinya merasa sakit. Mungkin karena ia
tidak ingin kedua pria itu memandang orang lain selain dirinya.
“Aku harap ini
hanya perasaanku saja.” Gumam Hyomin.
---------------------------
Keesokan harinya. .
“Hama Junko?”
Taecyeon mencermati setiap
inci buku yang ditemukan oleh Mason. Nama yang tertera pada sampul buku
tersebut meyakinkan Taecyeon bahwa pemilik buku itu adalah orang Jepang. Namun
ia menemukan satu kejanggalan, saat dimana Taecyeon melihat diresume-nya tertera
bahwa tempat kelahiran orang itu adalah Busan.
“Mason-ah, Bibi itu
sungguh membuat Appa-mu ini penasaran.”
Taecyeon memandang
bergantian antara buku harian dan resume yang ada dikedua tangannya. Terbesit
dalam benaknya untuk mengetahui isi buku tersebut. Walau akan terkesan lancang,
tapi Taecyeon ingin sekali membunuh rasa penasarannya yang kini memuncak. Setelah
meletakan resume-nya diatas meja, ia kemudian membuka sampul pertama buku itu
dengan ragu.
“Hampir sebagian
besar dia menuliskannya dalam tulisan hiragana.”
Lembar demi lembar ia
membalikkannya dengan sangat teliti. Sampai pada satu halaman, Taecyeon
tertegun melihat tulisan itu.
“Kali ini dia
menuliskannya dalam tulisan hangul.”
Taecyeon tersenyum manis dan
langsung membaca halaman tersebut dengan cermat. Sesaat ekspresinya tidak
sebaik saat ia tahu akan ada tulisan hangul dibuku tersebut. Ia merasa sangat simpati
membaca rangkaian kalimat yang tertulis disana.
“Aku
tidak tahu, apa hidupku selanjutnya masih bisa setenang ini atau tidak. Aku
sungguh merasa bahwa dunia ini sangat menakutkan, bahkan aku tidak mengerti
untuk apa sebenarnya aku tetap bertahan hidup di dunia yang mengerikan ini.
Entahlah. .”
Taecyeon menutup buku
tersebut, pelan. Tiba – tiba saja ia merasakan sesuatu telah menyayat hatinya.
Perih justru bukan lagi kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana
perasaannya saat itu.
Tokk Tokk Tokk
Lamunan tentang gadis itu membuyar
ketika ia mendengar ketukan pintu disana.
“Masuklah!!”
Taecyeon menatap seorang
gadis yang tengah melangkah ragu kedalam ruangannya. Tergambar jelas dari
wajahnya, gadis itu seperti menyimpan sesuatu yang berat dihatinya.
“Apa Presedir memanggilku?”
Tanya gadis itu.
Gadis itu adalah Ham Eunjung, bibi yang dimaksudkan
oleh Mason kemarin pagi. Ternyata ia adalah seorang penerjemah buku – buku
berbahasa Jepang yang baru saja direkrut oleh perusahaan tersebut.
“Ya. Duduklah disana!!”
Serunya sambil menunjuk sofa yang ada diruangan tersebut.
Taecyeon mempersilakan
penerjemah itu untuk duduk. Saat ini Eunjung hanya bisa tertunduk karena tidak
berani memandang wajah seseorang.
“Ham Eunjung. Apa benar
itu namamu?”
Ia pun menoleh pelan dan
menatap Taecyeon dengan tatapan datar.
“Ya”
Tanpa basa–basi Taecyeon
pun mengeluarkan sesuatu dari balik jas hitamnya.
“Apa ini milikmu?”
Taecyeon mengangkat sebuah
buku dan memperlihatkannya pada Eunjung. Terkejut adalah kata yang tepat untuk
menggambarkan bagaimana ekspresi wajah Eunjung saat itu. Darahnya terasa
memompa begitu cepat bahkan jantungnya berdetak melebihi rata – rata. Buku
harian yang selama ini ia sembunyikan dari siapapun, entah bagaimana bisa ada
pada pria itu.
“Darimana kau
mendapatkannya?” Tanya Eunjung dengan tatapan mencekam.
“Jadi benar ini milikmu?
Apa Hama Junko itu nama aslimu?”
Dengan sigap Eunjung
berdiri, seakan – akan emosinya tidak lagi terkendali. Ia sangat marah bila ada
seseorang yang menyinggung nama sesungguhnya. Eunjung menarik buku itu dengan
kasar dari tangan Presedirnya sendiri. Tidak peduli apa yang akan dilakukan Taecyeon
setelah ini. Yang terpenting adalah Eunjung tidak ingin ada orang lain yang
mencampuri kehidupan pribadinya.
“Aku mohon jangan pernah
mencampuri kehidupanku!!” Pinta Eunjung, dingin.
“Maafkan aku atas
ketidaknyamanan ini. Putraku yang menemukannya setelah menabrakmu kemarin pagi.”
Taecyeon ikut berdiri dan
memberikan senyumnya yang paling tulus. Ia sedikit memahami perasaan Eunjung,
terlebih setelah apa yang ia baca dalam buku itu.
“Baiklah, jika tidak ada lagi
yang ingin dibicarakan aku akan pergi.” Ujar Eunjung sangat kesal.
“Tunggu!!”
Langkah Eunjung terhenti
saat Taecyeon memanggilnya, ia pun enggan menoleh kebelakang karena kesal pada
Presedirnya yang terlalu mencampuri kehidupan pribadinya.
“A-Aku-- Ingin mengajakmu
makan malam. Anggap ini sebagai permintaan maafku.”
Eunjung tidak bergeming
sama sekali. Ia justru sangat geram hingga mengepalkan tangannya begitu kuat.
“Maaf Presedir, Aku masih
banyak pekerjaan.” Elak Eunjung lalu melanjutkan langkahnya.
“Kau tidak menjawab dan
aku anggap kau menyetujuinya. Baiklah, aku akan menjemputmu jam tujuh nanti.”
Taecyeon adalah sosok pria
yang pantang menyerah. Demi mendapatkan apapun, ia selalu berusaha dengan
keras. Sekali pun itu hanya demi mendapatkan hati seorang gadis yang baru saja dikenalnya.
Eunjung terus melangkah
tanpa mempedulikan Taecyeon, apapun alasannya ia tidak ingin ada seseorang yang
masuk kedalam hidupnya. Sebab itulah ia selalu menjauh dari orang – orang yang
berusaha mendekatinya.
---------------------------
“Tidak!! Aku mohon,
Lepaskan aku!! Jangan bawa aku!!”
Gadis itu mencoba
melepaskan diri dari genggaman seorang pria yang kini memaksanya ikut. Tentu
gadis itu menolak karena ia tidak menginginkannya. Gadis itu menahan tumitnya
agar orang yang membawanya itu merasa kesulitan. Namun sekuat apapun gadis itu
menahan, tenaga seorang pria tentu tidak bisa mengalahkannya.
“Tidak!!!!!!”
Tes Tes
Buliran air mata kini membasahi
kelopak matanya, ia sungguh beruntung karena itu hanyalah sebuah mimpi.
Tubuhnya bergetar, ia meringkuh menahan sesak di dadanya. Akibat mimpi itu, ia tidak pernah sekalipun merasakan ketenangan selama tiga
bulan tinggal di kota Busan. Oleh sebab itu ia menjadi sangat frustasi.
Tokk Tokk Tokk
Ketukan pintu itu
membuatnya semakin merasa terancam, belum reda rasa shock-nya karena mimpi tersebut. Tiba – tiba saja sebuah ketukan
pintu mengejutkannya kembali.
Eunjung berdelik pada arah
jarum jam yang menunjukkan pukul tujuh malam. Ia segera turun dari ranjang karena
merasa yakin yang datang adalah Presedirnya.
“Anyeonghaseyo!!”
Ia begitu terkejut ketika
yang ia lihat bukanlah Presedirnya, melainkan dua orang pria yang mengenakan jas
hitam. Saat itu Eunjung hanya bisa menahan rasa takut dengan mengepalkan kedua
tangannya. Ia sama sekali tidak mengenali kedua pria itu.
“Apa anda Ham
Eunjung-ssi?” Tanya seorang pria yang memakai kacamata.
“Ya. Ada apa?” Jawab
Eunjung, gugup.
“Kami dari pihak imigrasi,
memberitahukan bahwa masa visa anda telah berakhir beberapa hari yang lalu, tapi anda tidak melapor pada kami. Dengan
terpaksa kami harus mendeportasi anda.” Paparnya.
“Ta-Tapi . .”
Wajahnya terlihat begitu
ketakutan saat tahu dirinya akan dideportasi.
“Anda bisa menjelaskannya
di kantor imigrasi, lebih baik anda ikut dengan kami.”
“No way!!”
Eunjung melangkah mundur
ketika pria yang lain akan membawanya. Hari itu akhirnya tiba, ketakutan yang
membuat Eunjung tidak bisa menjalani hidupnya dengan tenang. Saat dimana ia
harus dideportasi ke Negara yang paling ia benci.
“Maafkan kami, tapi anda
harus ikut dengan kami.”
Seberapa kuat pun Eunjung
menahan kakinya, tenaga kedua pria itu lebih kuat dibandingkan tenaganya. Eunjung hanya bisa
menangis sambil meronta dan memohon agar ia bisa tetap tinggal.
“Tidak!! Aku tidak
ingin. Aku mohon biarkan aku untuk tetap tinggal!” Pinta Eunjung.
Mereka membawa paksa Eunjung
dengan menuruni anak tangga, namun seseorang tiba - tiba saja menghalangi jalan
mereka.
“Apa yang kalian lakukan
pada gadis itu?” Tanyanya.
Eunjung dan kedua petugas
itu menoleh pada pria yang tak lain adalah Taecyeon.
“Kami harus mendeportasi
gadis ini karena telah melanggar hukum.”
Taecyeon merasa sangat
terpukul dengan pernyataan petugas itu.
“Tolong lepaskan dia, aku
akan mengajukan permohonan untuk memperpanjang masa visa-nya.”
“Memangnya anda siapa?”
“Aku adalah calon
suaminya.” Jawab Taecyeon.
Wajahnya begitu serius
menatap kedua petugas tersebut. Tangis Eunjung terhenti setelah mendengar
pernyataan Taecyeon. Hal itu sungguh membuatnya ingin sekali tertawa.
“Ini kartu namaku.”
Taecyeon menyerahkan
sebuah kartu nama untuk jaminan agar petugas imigrasi itu tidak membawa
Eunjung.
“Baiklah. Tapi kalian
harus melapor secepatnya.”
“Ya”
Tanpa membuang waktu lagi, akhirnya petugas imigrasi itu pergi.
“Apa kau baik–baik
saja?”
Sejak tadi Eunjung tidak
lagi kuat menopang tubuhnya yang gemetar. Ia terlalu shock dengan kejadian
tersebut. Eunjung terpungkur ditangga sambil menahan rasa takutnya.
“Eunjung-ssi, apa kau baik–baik saja?” Tanya Taecyeon sambil
meraih bahu gadis itu.
Dengan cepat Eunjung
menepis tangan kekar itu. Deru nafas yang memburu terdengar jelas disana.
Eunjung seperti menahan emosi yang siap meledak. Bukan karena petugas itu,
melainkan karena ucapan Taecyeon sebelumnya.
“Kau! Mengapa kau
mengatakan hal itu!!” Pekik Eunjung.
Irama nafasnya tidak lagi
teratur, ia begitu marah. Meskipun ia sangat berterima kasih karena akhirnya ia
tidak jadi dideportasi, tapi Taecyeon membuatnya menjadi serba salah.
“Eunjung-ssi, maaf.
Aku, Aku hanya ingin kau tetap berada disini.”
Taecyeon memandang simpati
terhadap Eunjung. Saat ini ia hanya bisa memandangi gadis yang terus menangis
itu. Mencoba memahami kondisinya dan menunggu hingga gadis itu merasa lebih
baik.
Waktu terus berputar bersama
iringan isak tangis Eunjung. Pria yang mematung di hadapannya hanya bisa
memandang dan terus memandang sampai akhirnya Eunjung terhenti dari tangisnya.
Eunjung mencoba bangkit
dan kembali ke rumah kumuhnya. Ya. Eunjung bukanlah tinggal disebuah apartement
mewah. Ia hanya menyewa sebuah tempat tinggal kumuh untuk tetap bisa bertahan
hidup. Tidak banyak orang yang ingin menempati dusun tersebut karena dinilai
tidak layak untuk ditempati.
“Pergilah!!” Seru Eunjung
sambil berjalan gontai.
“Baiklah, tapi besok aku
akan menjemputmu. Kita akan pergi ke kantor imigrasi bersama – sama.” Ujar
Taecyeon, menatap punggung Eunjung yang berlalu menaiki anak tangga.
Eunjung terus berjalan
tanpa mempedulikan Taecyeon. Ia berjalan sambil berpegang pada tangan tangga
tersebut. Sebab ia terlalu lemah untuk berjalan.
---------------------------
“Jika kau memerlukan
bantuan, katakan saja padaku.” Ujar Taecyeon.
Eunjung hanya mengangguk
pelan. Mereka baru saja kembali dari kantor imigrasi untuk mengurus masa visa
Eunjung. Beruntung pihak imigrasi memberikan izin tinggal untuk Eunjung selama
ia memiliki pekerjaan tetap.
Dalam perjalanan menuju
kantor, tidak banyak yang bisa mereka bicarakan. Eunjung selalu mengalihkan
pandangannya keluar jendela, sedang Taecyeon tidak memiliki topik pembicaraan
yang menarik. Akhirnya ia memutuskan untuk fokus mengendarai mobilnya.
---------------------------
Busan Publisher, Inc.
“Maaf Tuan, apa ada yang
bisa saya bantu?” Tanya seorang receptionist pada tamunya.
“Aku ingin bertemu dengan Hama-chan.
Cepat panggilkan dia!!” Seru pria bermimik
seram tersebut.
Receptionist tersebut
menyernyitkan dahinya, sebab selama tiga tahun bekerja di perusahaan itu, ia
tidak pernah mendengar ada pegawai yang namanya disebutkan tadi.
“Maaf Tuan, di perusahaan
kami tidak memiliki pegawai yang namanya anda sebutkan.”
“Tidak mungkin!! Apa kau
sedang bermain – main denganku!!” Bentaknya sambil memukul keras meja
receptionist tersebut.
Ketakutan tergambar jelas
di raut wajah receptionist itu. Matanya memerah melihat tatapan tajam dari pria
yang baru saja membentaknya.
“Ta-Tapi. . A-Aku tidak berbohong,
Tuan.”
“Kau!!”
Pria itu terlihat sangat
marah dan ingin melampiaskan kekesalannya dengan menampar receptionist
tersebut. Namun tiba – tiba saja sebuah tangan menahan sikapnya.
“Apa yang kau lakukan pada
pegawaiku?” Tanya seseorang pelan namun tegas.
Pria yang hendak menampar
receptionist tadi pun memutar tubuhnya dan berhadapan dengan seorang pria yang
tubuhnya lebih tinggi darinya.
“Ah! Jadi kau pemilik
perusahaan ini?”
“Ya. Apa kau sedang
membuat keributan disini?”
“Tidak. Aku hanya. .”
Matanya langsung tersorot
pada seorang gadis yang tengah menunduk disebelah pria tinggi tersebut. Senyum
simpul pun langsung mengembang saat ia melihat gadis itu.
“Lama tidak bertemu,
Hama-chan.” Sapa pria itu.
Eunjung terkejut begitu
mendengar nama sesungguhnya disebutkan oleh seseorang. Dimana nama itu tidak
ada yang mengetahuinya selain Taecyeon. Ia menegapkan kepalanya dengan ragu,
namun begitu melihat pria yang memanggilnya tadi, tubuhnya menjadi tidak
seimbang dan hampir saja terjatuh jika Taecyeon tidak segera menangkapnya.
“R-Ry-Ryou-kun!!”
Mata Eunjung memerah, wajahnya
pun memucat seiring dengan hal itu. Desiran darah bahkan detak jantung, semua
mendesak tubuhnya untuk segera keluar.
“Apa kau terkejut? Kau
justru terlihat begitu cantik saat sedang terkejut!!”
Pria itu terkekeh sangat
keras, hingga membuat bulu kuduk Eunjung merinding. Mimpi buruk yang ia takutkan selama ini terlalu cepat
menghampirinya. Bahkan ia belum cukup siap untuk menghadapi mimpi buruk
tersebut.
“A-Apa yang kau inginkan?”
Tanya Eunjung, takut.
“Ikutlah bersamaku menemui
Tuan Nakamura.”
“Tidak!!” Eunjung
menggeleng cepat.
Taecyeon tidak mengerti maksud
pembicaraan mereka. Ia juga tidak tahu apa hubungan Ham Eunjung dengan pria itu
sebenarnya. Rasa ketakutannya membuat Eunjung tidak sadar betapa kuatnya ia
menggenggam lengan Taecyeon saat itu.
“Kau harus bertanggung
jawab padaku. Karena kau!!”
Ryou mengambil jeda sesaat
sebelum melanjutkan ucapannya.
“Telah membuat hidupku
seperti di neraka!!” Timpalnya setelah itu.
Eunjung menggeleng pelan,
matanya mulai berkaca – kaca dan bibir merahnya bergetar hebat. Taecyeon bisa
merasakan ketakutan itu hanya dengan menatap mata Eunjung, gadis yang telah
mencuri hatinya.
“Kau tidak bisa membawa
calon istriku!!” Ujar Taecyeon, menatap dalam manik mata Ryou.
“Ah! Bahkan kini kau sudah
memiliki calon suami seorang Presedir. Aku sangat bangga padamu.” Ujar Ryou
dangan nada menyindir.
“Ya, Benar. Apa ada yang
salah?”
Butiran air menetes pelan
dari kelopak mata kanan Eunjung. Sungguh, ia tidak bisa lagi berbuat apapun
selain memanfaatkan Taecyeon. Semua mata pegawai tertuju pada pertengkaran
mereka, gadis mungil yang selalu bersama Taecyeon pun kini tengah berdiri
didekat sana. Hyomin tidak bisa mempercayai pernyataan Eunjung dan Taecyeon
yang mengatakan bahwa mereka adalah calon suami-isteri. Hatinya sangat perih mendengar
hal itu.
“Lebih baik kau pergi
sekarang atau aku akan melaporkanmu pada pihak berwajib!!” Bentak Taecyeon yang
begitu tiba–tiba.
Ancaman itu adalah senjata
mematikan bagi Ryou, ia pun terpaksa pergi sebelum mendapatkan masalah di
Negara asing.
“Baiklah. Tapi kau harus
ingat, aku tidak akan pernah melepaskan calon istrimu sampai ia mati sekalipun!!”
Ancam Ryou dan tak lama kemudian pergi dengan tatapan membunuh.
Tubuh Eunjung semakin
melemah ketika Ryou telah pergi dari hadapannya. Tangannya masih menggenggam
erat lengan kekar Taecyeon. Tapi pandangannya menjadi gelap hingga ia pun tidak
sadarkan diri lagi.
---------------------------
“Kau baik–baik saja?”
Eunjung membuka matanya
perlahan dan mengadaptasikan matanya yang tersorot oleh cahaya lampu di ruangan
tersebut.
“Bibi, Apa kau baik – baik
saja?” Tanya Mason sambil menangis sesenggukan.
Setelah pandangannya mulai
terasa jelas, ia pun memandang kesegala arah. Ia merasa tempat itu sangat asing
baginya.
“Saat ini kau berada di
rumahku.” Tutur Taecyeon yang bisa menebak isi pikiran Eunjung.
Gadis itu menatap Taecyeon
yang duduk ditepi ranjang bersama seorang anak kecil. Eunjung terlihat kebingungan.
“Kau pingsan setelah
kejadian tadi pagi, aku membawamu kemari karena kau tidak sadarkan diri selama
tiga jam.” Tambah Taecyeon.
“Aku ingin pulang.”
Eunjung yang baru ingin menyingkap selimut putih yang
membalut tubuhnya tiba – tiba terhenti saat tangan kecil menahannya.
"Don't go! Tetaplah disini,
Bibi.”
Mason terus menangis. Ia
tidak ingin Eunjung meninggalkan tempat tinggal mereka. Karena sejak pertama
kali bertemunya, anak itu sudah sangat menyukai Eunjung.
“Tapi aku harus pergi.”
Ujar Eunjung, lembut.
“Tidak!!”
Tangis Mason semakin menggema
dan membuat Eunjung menjadi semakin bingung. Ini pertama kalinya ia menghadapi
seorang anak kecil.
“Aku rasa putraku benar.
Ada baiknya kau tetap tinggal disini.”
“Mengapa aku harus tetap
tinggal, eumh?” Tanya Eunjung, dingin.
Taecyeon melirik Mason
sesaat. Sepertinya tidak baik jika seorang anak kecil mendengarkan apa yang
tidak harus didengar olehnya.
“Mason-ah, kembalilah ke
kamar. Appa dan bibi harus berbicara?”
Mason mengusap air matanya
dan menggangguk.
Suasana hening ketika
Mason telah meninggalkan mereka. Eunjung pun bangkit dari ranjang itu dan
berniat untuk pergi. Namun Taecyeon segera menghampiri dan menarik tangannya.
“Jika kau pergi, kau pasti
akan mati ditangan pria itu!!” Ujar Taecyeon.
Eunjung menghempaskan
genggaman Taecyeon dan menatapnya sinis.
“Memangnya kau ini siapa?
Mati atau tidak, semua itu adalah takdirku.”
Taecyeon menarik tubuh
Eunjung dan membawa gadis itu kedalam pelukannya. Tentu Eunjung berontak dan
memukul keras dada bidang pria itu. Namun Taecyeon tak menghiraukannya, ia
justru mendekap Eunjung lebih dalam.
“Lepaskan aku, Presdir!!
Aku bilang lepaskan!!” Pekik Eunjung, histeris.
Taecyeon membuat Eunjung
terlihat begitu bodoh dan lemah.
“Karena itukah kau
mengutuk hidupmu sendiri, eung? Selemah itukah dirimu hingga menjadi seperti
ini?”
Tangis Eunjung membuncah,
apa yang dikatakan pria itu memang benar. Ia menjadi lemah karena hidupnya yang
malang. Sebab itulah ia selalu bersikap buruk pada orang – orang disekitarnya,
agar tidak ada yang berusaha mengasihaninya.
“Jangan lakukan semua ini,
aku mohon! Karena aku akan menunjukkan padamu betapa dunia ini sangat berarti
bagimu.”
Rontaan dan tangisannya
kini mereda. Eunjung tidak mengerti apa ini pertanda bahwa ia sependapat dengan
ucapan Taecyeon atau hanya sekedar memahami hal itu.
Taecyeon melepaskan
pelukannya dan menggenggam erat kedua bahu gadis itu sambil menatapnya dengan
senyuman lembut.
“Setelah pekerjaannya
selesai, Sekretarisku akan membawa semua pakaianmu kemari. Jadi, kau tidak
perlu khawatir.”
Walau Eunjung hanya
membalas ucapannya dengan tatapan dingin. Taecyeon sudah tahu arti dari tatapan
itu.
“Tidur dan beristirahatlah!!”
Ujar Taecyeon kemudian berlalu.
---------------------------
“Maafkan aku karena telah
merepotkanmu, Hyomin-ah!!”
Hyomin baru saja tiba membawa
pakaian Eunjung. Sebab mulai malam ini Eunjung akan tinggal satu atap dengan
Taecyeon dan Mason.
“Tidak masalah, bukankah
kau bilang aku ini temanmu?” Gurau Hyomin.
Sangat jelas bahwa Hyomin
memaksakan gurauan tersebut. Sejujurnya ia tidak bisa menyembunyikan perasaannya.
Tapi ia tetap berusaha tegar hingga benteng pertahanan dihatinya tak kuat lagi
menahan perasaan tersebut.
“Masuklah, Aku akan
membuatkanmu teh hijau.”
Taecyeon meraih koper yang
dibawa Hyomin. Mereka masuk bersama – sama kedalam rumah yang berukuran besar
itu. Hyomin duduk disofa sambil menunggu Taecyeon membuatkannya teh hijau.
Namun ia merasa aneh karena tidak melihat sosok Eunjung.
“Apa dia sudah tidur?”
Tanya Hyomin.
“Ya. Dia baru saja tidur.”
“Ah!”
Hyomin mengangguk pelan.
Tak lama kemudian, Taecyeon datang dengan secangkir teh hijau kesukaan gadis
itu.
“Minumlah!!”
Taecyeon mempersilahkannya
minum. Tak butuh waktu lama, Hyomin segera meraih cangkir tersebut lalu
menyeruput teh itu.
“Apa yang membuatmu
tertarik padanya?” Tanya Hyomin, tiba – tiba saja.
“Ya?”
“Kau.. Apa yang membuat
dirinya menarik dihadapanmu?”
“Ah! Hal itu.”
Taecyeon terdiam sejenak
lalu tersenyum sambil menatap mata Hyomin. Ia tidak tahu mengapa gadis itu
selalu saja bisa menebak perasaannya.
“Awalnya aku hanya ingin
tahu seperti apa gadis yang disukai oleh putraku. Tapi setelah aku melihatnya,
aku merasa bahwa aku juga menyukainya.”
“Ah begitukah?”
Tanpa sadar Hyomin
meneteskan air mata dihadapan Taecyeon.
“Hyomin-ah, apa kau
menangis?”
Ia pun segera menghapus
air matanya dan berpura – pura tidak terjadi apa – apa.
“Ah! Sepertinya mataku
kemasukan debu, perih sekali.” Ujarnya sambil mengibas – ibaskan tangan didepan
matanya.
“Kalau begitu lebih baik
kau cuci, jika tidak akan terinfeksi.” Saran Taecyeon yang tidak menyadari
sikap aneh Hyomin.
“Tidak. Lebih baik aku
pulang, malam sudah semakin larut.”
Hyomin bangkit dan meraih
tas tangannya.
“Baiklah, aku akan
mengantarmu sampai depan pintu.”
Taecyeon pun ikut beranjak
untuk mengantarkan kepergian Hyomin.
---------------------------
“Tidaaaaaaaaaaaakkkkk!!!!!!”
Jerit seorang gadis.
Malam yang sudah terlelap
seketika terbangun akibat jeritan gadis itu. Begitu pula dengan seorang pria
yang tinggal satu atap dengannya. Mendengar jeritan tersebut membuatnya begitu
cemas. Berulang kali ia mengetuk pintu kamar yang ditempati Eunjung, namun ia
tak mendapat jawaban apapun.
“Ham Eunjung-ssi,
Apa kau baik – baik saja?” Tanya Taecyeon dari balik
pintu.
Eunjung lagi–lagi
bermimpi buruk. Ia meringkuh ketakutan diatas ranjangnya sambil terus menahan
rasa takut itu.
“Ham Eunjung-ssi,
aku akan masuk!!”
Taecyeon membuka pintu
yang ternyata tidak dikunci oleh Eunjung. Ruangan itu sangat gelap tapi
Taecyeon bisa mendengar deru nafas yang tidak beraturan dalam kamar tersebut.
Ia pun meraba saklar yang ada disebelah kanan dinding agar lampunya menyala.
“Ham Eunjung-ssi!!” Seru
Taecyeon.
Ia menghampiri Eunjung
yang meringkuh ketakutan sambil menutupi tubuhnya dengan selimut tebal.
Kemudian Taecyeon menyibakkan selimut itu. Isak tangis mulai terdengar jelas
ketika ia telah menyingkirkan selimut itu dari tubuh Eunjung.
“Apa kau bermimpi buruk?”
“Taecyeon-ssi. .” Ujar
Eunjung, lirih.
“Kau tidak perlu takut,
aku akan menjagamu.”
Taecyeon duduk di sisi
ranjang lalu mencoba meraih kedua tangan Eunjung yang sejak tadi ia kepalkan
didepan mulutnya. Keringat dingin mengucur deras dari tubuhnya.
“Tidurlah, Eunjung-shi!!”
“Taecyeon-ssi, tetaplah disisiku, aku mohon!!”
Eunjung menatap nanar pria
itu. Saat ini yang ia butuhkan adalah seseorang yang bisa menjaganya.
“Baiklah, aku akan tetap
disisimu.”
Taecyeon tersenyum lembut
dan mengusap peluh didahi gadis itu. Lalu Taecyeon membenarkan posisi Eunjung
dan menyelimutinya kembali. Ia terus menggenggam tangan Eunjung agar gadis itu
percaya bahwa dirinya tidak akan pergi.
“Aku akan menyanyikan lagu
untukmu. Jadi, tidurlah yang lelap.” Ujar Taecyeon lalu mengecup kening Eunjung
singkat.
Like
a star
geu mueotgwabattol suga itnayo
geudaeui sarangeul
geudaeui maeumeul
geu nugadaesinhalsu itnayo
you’re my everything to me
you’re my everything to me
haneul ui byeolcheoreom hwanhageh bichwojuri
geudaeneun naman ui sarang
yeonywonhan namanui sarang
uri saranghaeyo
geudae hanamyeon nan chungbunhaeyo
Perlahan–lahan Eunjung
mulai memejamkan matanya, namun ia tetap terus menggenggam tangan Taecyeon
dengan erat. Ia takut mimpi itu akan menghampirinya kembali.
“Terima kasih
Taecyeon-ssi, karena kau telah membuatku merasa lebih tenang.” Gumam Eunjung yang belum tertidur sepenuhnya.
“Tidurlah
Eunjung-ssi, tidurlah yang lelap. Aku akan berusaha menciptakan ketenangan
dalam hidupmu.”
Sudut bibir Taecyeon
mengembang ketika melihat wajah Eunjung yang sedang tertidur. Tidak disangka
gadis sedingin itu terlihat sangat manis saat tertidur.
“Aku menyayangimu, Ham
Eunjung-ssi!!” Ujar Taecyeon, pelan.
---------------------------
Sebulan berlalu dengan
sangat cepat, Kini Eunjung mulai merasa nyaman tinggal satu atap bersama Taecyeon
dan juga Mason. Entah ini pertanda buruk atau baik untuk mereka.
“Apa tidurmu lebih baik
malam ini?”
Eunjung mengangguk pelan
sambil menyantap hidangan sarapannya pagi itu. Selama sebulan belakangan ini,
sarapan bersama sudah menjadi rutinitas mereka sebelum berangkat ke kantor.
“Bibi, apa kau sakit?”
Tanya Mason yang mencemaskan Eunjung.
“Tidak, Sayang.”
Eunjung mengusap pucuk
kepala Mason yang sedang menyantap sarapannya.
“Kau terlihat kurang
tidur.” Timpal Taecyeon.
“Ah benarkah?” Sahut
Eunjung, datar.
“Apa kau terganggu dengan
surat ancaman dari pria itu?”
“Ya”
“Kau tidak perlu takut,
dia tidak akan berani mendekatimu selagi aku tetap berada disisimu.” Ujar
Taecyeon dan tersenyum manis.
“Entah mengapa
setiap aku melihat senyum itu, aku merasa sesuatu yang hangat sedang
menyelimuti hatiku.” Gumam Eunjung sambil menatap manik mata pria
dihadapannya.
“Apa kau sedang memikirkan
sesuatu?”
Eunjung tersadar dari
lamunannya. Ia sadar dengan kesalahan yang terjadi pada dirinya. Tidak
seharusnya ia berpikir tentang perasaannya saat ini. Sebab hal itu pasti akan
membuatnya semakin merasa tertekan.
“Eunjung-ssi, kau sedang
memikirkan sesuatu?”
“Ah tidak.”
"Hmmmm..”
Mereka kembali melanjutkan
sarapan mereka masing – masing. Sungguh disayangkan, rumah mewah milik Taecyeon
hanya ditempati oleh mereka bertiga.
Ditengah–tengah sarapan
pagi itu, Mason tiba – tiba turun dari kursinya dan pindah kepangkuan
Eunjung.
“Mason-ah, kau tidak boleh
seperti itu.” Tegur Taecyeon, pelan.
Namun Mason tidak
mempedulikan ucapan ayahnya. Ia justru mengatakan sesuatu yang membuat mereka jadi
terkejut.
“Bibi, aku mohon jadilah
Omma-ku.” Pinta Mason, polos.
Taecyeon tersedak setelah mendengar
penyataan polos Mason, sedangkan Eunjung tidak tahu harus berkata apa, ia
terlalu terkejut dengan pernyataan polos itu. Taecyeon mengalihkan pandangannya
karena malu.
“Tapi Sayang..”
“Ayolah, Omma.”
Lagi–lagi Taecyeon tersedak
mendengarnya.
“Mason-ah, kau tidak boleh
memaksa bibi.”
Karena mereka mengacuhkan
permintaannya, Mason pun menangis sejadi – jadinya dan membuat Eunjung akhirnya
menuruti permintaan itu. Sejujurnya ia tidak bisa melihat anak kecil menangis
dihadapannya.
“Baiklah, sekarang aku
adalah Omma-mu.”
Taecyeon dan Eunjung
saling memandang sesaat, namun tiba – tiba Mason mencium bibir Eunjung dan
membuat mereka tersenyum melihat tingkah anak itu.
---------------------------
Lotte World, Seoul
Setelah menempuh
perjalanan selama kurang lebih dua jam, mereka tiba di sebuah taman bermain
yang disebut – sebut sebagai taman bermain terbesar didunia. Karena hari itu
adalah hari libur, Mason ingin sekali pergi bermain bersama. Maka itu Taecyeon
mengajak mereka kesana.
“Omma, ayo kita kesana!!” Ajak Mason, menarik
tangan Eunjung.
“Baiklah.” Ujar Eunjung,
ramah.
Taecyeon hanya tersenyum
melihat sikap Eunjung yang perlahan – lahan mulai berubah menjadi hangat. Ia
mulai peduli terhadap Mason, begitu pun dengan anak itu. Mason selalu berusaha
agar Eunjung merasa nyaman tinggal bersama mereka. Taecyeon langsung mengenggam
tangan Mason yang lain untuk segera menuntunnya masuk kedalam taman bermain
itu. Namun tiba – tiba saja dering ponsel Taecyeon berbunyi.
“Mason-ah, Appa angkat
telepon dulu. Kau tunggu disini dengan Eunjung Omma, eumh?”
“Baiklah.”
Taecyeon menjauhi Eunjung
dan Mason untuk menjawab telepon tersebut.
“Yeoboseyo, Hyomina-ah!!”
“Taecyeon-ah, apa
kau ada waktu hari ini? Aku..” Ujar Hyomin diseberang sana.
“Maaf Hyomin-ah, Aku
sedang berada di Seoul. Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan?” Tanya
Taecyeon, menyela ucapan gadis itu.
“Kau di Seoul?
Untuk apa?”
“Mason ingin sekali
mengajak Eunjung bermain ke taman hiburan.” Jawab Taecyeon, terkekeh.
“Ah! Benarkah? Kalau
begitu aku akan menghubungimu nanti.”
Belum sempat Taecyeon
mengatakan sesuatu, Hyomin sudah lebih dulu memutuskan sambungan telepon tersebut.
Taecyeon pun kembali menghampiri Eunjung dan Mason yang sudah lama menunggu.
“Let's go!!” Seru Taecyeon,
menggenggam tangan Mason.
Hari ini mereka akan
menghabiskan waktu dengan bermain. Taecyeon mengerti betapa tertekannya Eunjung
selama ini. Kali ini ia mencoba untuk membuat Eunjung melupakan sejenak masalah
yang mengganggu pikirannya.
Mereka mengelilingi
berbagai wahana dan mencobanya satu per satu. Awalnya Eunjung menolak, Namun
Taecyeon memiliki senjata untuk membuat Eunjung menyetujuinya, yaitu Mason.
Anak itu selalu memaksa Eunjung dengan tangisannya. Tentu hal itu membuat
Eunjung tidak bisa menolak. Perlahan
Eunjung mulai menikmati permainan itu dan tanpa disadarinya ia tersenyum begitu
lepas.
“Kau terlihat
sangat manis saat tersenyum, Eunjung-ssi.” Gumam
Taecyeon menatap kearah Eunjung.
Tanpa terasa hari berlalu
begitu cepat. Matahari mulai menyembunyikan keberadaannya sedangkan bulan
perlahan – lahan mulai menampakkan cahayanya. Namun sebelum mereka kembali ke
Busan, mereka memutuskan untuk makan malam disana. Sebab perjalanan yang mereka
tempuh akan memakan waktu yang lama. Kini Mason sudah tertidur lelap disebelah
tempat duduk Taecyeon, mungkin ia terlalu lelah hingga tidak bisa menahan rasa
kantuknya.
“Eunjung-shi, apa aku
boleh menanyakan sesuatu?” Tanya Taecyeon disela – sela makan malam mereka.
“Mengenai apa?” Tanya
balik Eunjung.
“Sebenarnya aku tidak
bermaksud untuk mencampuri kehidupanmu. Tapi, apa hubunganmu dengan pria itu
sebenarnya?” Tanya Taecyeon, ragu.
Eunjung meletakkan sendok
dan garpunya lalu menatap Taecyeon dalam – dalam.
“Baiklah aku tidak akan
bertanya lagi.” Ujar Taecyeon begitu melihat tatapan mata Eunjung.
“Dia adalah saudara
tiri-ku.”
Tiba–tiba Taecyeon
tersedak mendengar lontaran kata yang terucap dari mulut Eunjung.
“Saudara tiri?”
“Ya. Aku dengannya berbeda
ayah dan ibu. Dua puluh tahun yang lalu, dimana aku masih berusia lima tahun,
ibuku menikah dengan ayahnya. Karena usiaku masih balita, aku tidak mengerti
apa itu arti pernikahan.”
Eunjung menghela nafas
panjang dan menunduk sesaat. Ia tidak kuasa membendung air matanya.
“Eunjung-ssi, maaf..”
Taecyeon merasa sangat
bersalah, tidak seharusnya ia menanyakan hal itu.
“Awalnya kehidupanku
sangat baik, Ayah tiri-ku tidak pernah memandang bahwa aku bukanlah putri
kandungnya. Beliau selalu menyayangiku seperti menyayangi putranya sendiri.”
Eunjung tetap tertunduk
sambil menceritakan semua yang ingin diketahui pria dihadapannya itu.
“Hentikan, Aku tidak ingin
mendengarnya lagi!!”
Taecyeon meletakkan sendok
dan garpunya sedikit keras.
“Tapi.. Semua berubah
ketika mereka meninggal karena kecelakaan.”
Lagi–lagi Eunjung
menghela nafas, ia berhenti beberapa saat untuk menormalkan tenggorokannya yang tercekat. Ia menekan bagian dadanya agar rasa sakit itu
segera menghilang.
“Kumohon, lupakan
pertanyaanku tadi.” Pinta Taecyeon.
Ia segera menghampiri
Eunjung dan berlutut dihadapannya. Taecyeon mencoba melihat wajah Eunjung yang
sudah dibasahi oleh air mata. Ia menegapkan kepala gadis itu lalu mengusap air
mata yang membasahi pipinya dengan lembut.
“Setelah kedua orang tuaku
meninggal, pria itu menjadi sangat buruk. Dia sering berjudi dan mabuk–mabukkan. Aku..”
Eunjung kembali terisak.
Taecyeon pun membenamkan kepala gadis itu di dada bidangnya.
“Maafkan aku, Eunjung-shi.
Maaaf..”
“Dia menjualku pada
seorang mafia di Jepang karena hutangnya. Sebab itulah aku sangat takut.”
Taecyeon menghadapkan
kembali wajah gadis itu agar menatapnya.
“Kau tidak perlu takut.
Aku dan Mason akan selalu menjagamu, Ham Eunjung-ssi.”
Eunjung membalas tatapan
pria itu nanar.
“Kau.. Mengapa kau
bersikap baik terhadapku? Apa karena aku terlihat begitu menyedihkan?”
Taecyeon tersenyum lembut.
“Percaya atau tidak. Karena aku dan putraku sangat menyukaimu.”
Eunjung tersenyum simpul.
“Aku bahkan tidak bisa mempercayai diriku sendiri, jadi mustahil untuk aku bisa
mempercayai orang lain.” Ujarnya sambil terus menatap Taecyeon, nanar.
“Baiklah, Aku mengerti.”
Taecyeon tersenyum sebelum
melanjutkan ucapannya. “Ya sudah, lebih baik kita kembali. Kau terlihat sangat
lelah.”
Lalu Taecyeon pun menggendong
Mason didepannya sambil menuntun Eunjung berjalan.
---------------------------
Tepat pukul 22.00 waktu
setempat mereka tiba didepan rumah. Namun pria itu tidak bisa masuk bersama
kedalam. Sebab ia mendapat telepon dari Hyomin yang mengharuskan kedatangannya.
Eunjung keluar dari mobil sambil menggendong Mason didepannya.
“Kau pergilah!!” Titah Eunjung.
“Terima kasih,
Eunjung-shi.”
Eunjung mengangguk.
“Jangan lupa mengunci pintu
dan jangan biarkan siapapun masuk kedalam rumah, kau mengerti?”
“Ya”
Taecyeon pun menginjak
pedal gas dan berlalu dari hadapannya. Entah mengapa saat melihat kepergian
Taecyeon, Eunjung menjadi sangat sedih.
Satu jam kemudian...
Eunjung baru saja selesai
mandi. Ia yang masih menggunakan bathrobe segera keluar dari kamarnya
karena mendengar suara gaduh.
“Taecyeon-ssi, apa kau
sudah kembali?” Tanya Eunjung mengetuk pintu kamar yang ada disebelah kamarnya.
“Aku tidak mengira rumah
ini begitu mewah!!”
Seseorang tiba – tiba saja
mengejutkannya dari belakang. Suara itu, Eunjung sangat mengenal suara itu. Ia menutup
kembali pintu tersebut lalu berbalik dengan ragu untuk melihat pemilik suara
itu.
“R-Ry-Ryou-kun?”
“Waw, lihat dirimu. Kau
terlihat begitu menggoda, pantas saja pria itu tertarik padamu.” Ujarnya yang
melihat tubuh Eunjung hanya berbalut bathrobe.
Ryou berjalan selangkah
demi selangkah mendekati Eunjung.
“Jangan mendekat!! Aku
mohon jangan mendekat!!” Seru Eunjung, ketakutan.
Ia mundur bersamaan dengan
langkah yang mendekatinya. Tapi ia tidak menyadari bahwa dibelakangnya adalah
sebuah tangga. Hal itu membuat Eunjung terpeleset hingga berguling sampai
kedasar.
“Akh!”
Akibat benturan keras,
kini Eunjung merasakan darah segar mengalir dari kepalanya.
“Apa kau baik–baik saja,
Hama-chan?” Tanya Ryou dengan nada menyindir.
Pria itu melempar senyum
liciknya dari atas.
---------------------------
“Taecyeon-ah apa kau sama
sekali tidak menyadari perasaanku?”
“Ya?”
Hyomin meneguk kembali segelas
vodka karena frustasi. Ia sengaja menyuruh Taecyeon datang ke
apartemennya hanya untuk mengatakan perasaannya selama ini.
“Hentikan!! Jangan minum
lagi.”
Taecyeon menarik gelas
tersebut dan menjauhinya dari hadapan Hyomin.
“Katakan yang sebenarnya,
mengapa kau seperti ini?”
“Aku mencintaimu, selama ini
aku mencintaimu, Taecyeon-ah!! Mengapa kau tidak menyadarinya!!” Pekik Hyomin.
Gadis itu merasa bahwa
perasaannya telah membuat dirinya menjadi tidak waras. Ia tidak bisa
mengendalikan lagi perasaan itu. Ia pun menumpahkan kesedihannya dengan
menangis sendu.
“Hyomin-ah. .”
Hyomin bangkit dengan
keseimbangan yang buruk, ia tidak ingin mendengar penjelasan Taecyeon, karena
ia sudah tahu apa yang akan dikatakannya.
“Aku sudah tahu, Jadi
pergilah!!” Ujar Hyomin, pelan.
Hyomin berlalu menuju
kamarnya begitu saja namun Taecyeon segera menghentikan langkah itu.
“Hyomin-ah. . Jangan bersikap
seperti ini, aku mohon!!” Seru Taecyeon, memelas.
“Pergilah!! Jangan biarkan
gadis itu sendiri, dia lebih membutuhkanmu dibandingkan aku.”
Taecyeon mendekap Hyomin
dari belakang, ia hanya berharap gadis itu bisa memahami perasaannya. Dengan
begitu, Taecyeon tidak lagi merasa bersalah.
“Baiklah. Tapi kau harus
berjanji akan tetap menjadi Park Hyomin yang anggun dan ceria, eumh?”
Hyomin mengangguk pelan
dengan wajah penuh air mata.
---------------------------
“Jangan mendekat!! Aku
bilang jangan mendekat!!”
Eunjung gemetar melihat Ryou
semakin mendekatinya. Pandangannya menjadi kabur setelah benturan tadi, darah
pun sudah melumuri bathrobe putihnya. Eunjung berdiri lalu berpegangan
pada setiap benda untuk bisa menghindar.
“Bagaimana kalau kita
‘bermain – main’ sebelum aku membawamu pada Tuan-ku, eung?”
Eunjung bergidik
ketakutan. “Apa yang kau katakan? Aku ini adikmu, Ryou-kun!!”
“Tapi sayangnya kau adalah
adik tiri-ku!!”
Eunjung mencoba berjalan ke dapur untuk mengambil
sesuatu yang bisa mengancam pria itu. Eunjung
berusaha mencari pisau walau dengan keadaan yang sudah memburuk.
“Apa kau mencari ini?”
Ryou menunjukkan pisau
sambil mendekati Eunjung. Jarak mereka tidak lagi jauh, kini Ryou telah berada
satu meter dari hadapan gadis itu.
“Taecyeon-ssi,
tolong aku!!” Bathin Eunjung.
Saat pria itu hendak
mendekat, Eunjung langsung melemparkan gelas yang ada didekatnya ke kepala pria
itu. Alhasil, Ryou merasakan sakit dikepalanya.
“Hey, Kau!!” Seru Ryou,
gusar.
Ryou mendekati Eunjung dan
menghempaskan gadis itu hingga tersungkur. Pandangan Eunjung semakin kabur
ketika kepalanya kembali membentur sudut meja dapur. Mason terbangun dan
ketakutan saat melihat hal itu dari atas tangga. Ia menangis sambil menutup
mulutnya agar pria itu tidak mendengar kehadirannya. Lalu ia pun bersembunyi
diatas.
“Taecyeon-ssi, aku
mohon cepatlah datang!!”
Eunjung tidak bisa lagi
melawan, tubuhnya melemah karena darah terus mengucur dari kepalanya. Ryou
menjambak rambut Eunjung dan mengusap darah yang mengalir dari sudut bibir
Eunjung.
“Bahkan saat sedang
sekarat pun kau masih terlihat cantik, Hama-chan. Bagaimana kalau kita melanjutkan
perkataanku tadi.”
Ia tidak lagi kuat untuk
melawan, Eunjung memejamkan matanya pasrah ketika Ryou akan mengecup bibirnya.
“Taecyeon-ssi,
maafkan aku.” Gumam Eunjung.
Ting Tong Ting Tong
Ryou tidak jadi mengecup
bibir Eunjung setelah mendengar bel rumah itu berbunyi.
“Eunjung-ssi, apa
kau didalam!!”
Seru Taecyeon dari balik pintu.
“Appa.” Gumam Mason, menatap pintu.
“Taecyeon-ssi.” Sahut Eunjung,
lirih.
Ryou merasa terancam, ia
pun segera berlari meninggalkan gadis itu karena tidak ingin hidupnya berakhir
didalam penjara.
“Kali ini kau beruntung,
Hama-chan.”
Ryou berlari melalui
jendela. Tak lama setelahnya Taecyeon masuk karena Eunjung tidak kunjung membukakan
pintu untuknya.
“Eunjung-ssi, kau dimana?”
Mason menghampiri Taecyeon
sambil menangis, ia memeluk pria itu kuat dan menceritakan apa yang baru saja
dilihatnya.
“Lalu, dimana Omma sekarang?”
Mason menarik Taecyeon menuju
dapur yang ada disekitar sana.
“Eunjung-ssi!!” Jerit
Taecyeon, histeris.
“Omma!!”
Hiks Hiks
Taecyeon berlutut dan
mendekap Eunjung erat. Ia berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah.
“Eunjung-ssi, apa kau bisa
melihatku?” Tanya Taecyeon, parau.
Eunjung mengangguk pelan.
Ia bisa merasakan dekapan hangat pria itu. Mason terus menangis disisi lain
Eunjung.
“Mason-ah, jangan menangis!!”
Mason tidak bisa
menghentikan tangisnya, ia begitu
menyayangi Eunjung. ia tidak ingin sesuatu terjadi pada gadis itu.
“Taecyeon-ssi.” Ujar
Eunjung mengalihkan pandangannya dari Mason dan menatap pria itu.
“Eung?”
“Maafkan aku.”
“U- Untuk apa?”
Taecyeon tidak kuasa
menahan air mata itu dan untuk pertama kalinya ia pun menangis dihadapan
Eunjung.
“Jangan menangis..”
Taecyeon mengangguk.
“Aku menyanyangi kalian.
Terima kasih atas perhatian kalian selama ini.” Papar Eunjung dengan suara
serak.
“Aku juga, Eunjung-ah. .”
Eunjung mengangkat tangan
kanannya dan mencoba menghapus air mata yang mengalir di pipi Taecyeon.
“Dikehidupan selanjutnya,
aku berjanji akan menemuimu sebagai wanita yang pantas untuk kau cintai.”
Taecyeon menggeleng,
tangisnya semakin dalam mendengar kalimat itu.
“Tidak peduli seperti apa
kehidupanmu, aku pasti akan menyukaimu. Karena aku menyukai dirimu yang
seseungguhnya, Eunjung-ssi.”
“Baiklah, Aku mengerti.”
Air mengalir dari sudut mata Eunjung namun ia
berusaha menutupinya dengan senyuman. Ia menarik wajah Taecyeon agar mendekat. Kemudian
Eunjung mendaratkan sebuah kecupan hangat di bibir Taecyeon. Bersamaan dengan
itu, air mata Taecyeon tiba – tiba menetes tepat dipipi Eunjung. Dan isakan
tangis Mason terus mengisi kesunyian tempat itu.
“Terima kasih,
Tuhan. Karena telah mempertemukanku dengan dua cinta sekaligus, cinta yang begitu
hangat dan selalu melindungiku. Aku sungguh beruntung, bisa bertemu dengan
cinta itu sebelum kematian menjemputku. Dan. . Terima kasih untukmu
Taecyeon-ssi. Aku sungguh menyayangi kalian.”
Taecyeon terpaku saat tiba
– tiba tangan Eunjung terlepas dari pipinya. Suhu tubuhnya berubah menjadi
semakin dingin. Ia bisa merasakan itu dari sentuhan bibir mereka. Perlahan
Taecyeon melepas tautan bibir mereka lalu menatap Eunjung yang kini tertidur
dipelukannya.
“Eunjung-ssi, Apa kau
masih mendengarku?” Tanya Taecyeon, lembut.
“Omma. . Omma bangunlah!!”
Pinta Mason yang terus menangis histeris.
Tangan Taecyeon bergetar
hebat diiringi dengan detak jantungnya yang kini tak beraturan lagi.
“Eunjung-ssi??” Tanya
Taecyeon, lagi.
Eunjung tak bergeming,
wajah cantiknya kini terlihat pucat. Pita suara Taecyeon seketika tak bisa
mengeluarkan suara. Yang bisa diakukannya hanyalah mendekap gadis itu sambil
menangis begitupun dengan Mason. Mereka sangat terpukul melihat Eunjung sama
sekali tidak membuka matanya. Kejadian yang begitu cepat membuat mereka sulit
untuk mempercayainya.
---------------------------
Dua bulan kemudian.
.
Seorang pria tengah berdiri
disebuah makam yang berada diatas bukit. Ia menatap dalam – dalam nama yang terukir
dalam nisan mewah tersebut. Taecyeon terus menatapnya tanpa mengeluarkan
sepatah kata pun.
“Omma, Aku merindukanmu.”
Ujar Mason sambil menangis disisi kiri Taecyeon.
Taecyeon menatap Mason iba
dan mengusap pucuk kepala anak itu. Namun suara isak tangis lainnya membuat
Taecyeon langsung mengalihkan pandangannya kearah tersebut. Ya, Gadis itu
adalah Hyomin. Dimana ia menyimpan rasa bersalah yang begitu dalam terhadap
gadis itu.
“Eunjung-ssi, maafkan aku.
Kalau saja malam itu aku tidak menyuruh Taecyeon datang. Mungkin semua ini
tidak akan terjadi.”
Tangis Hyomin semakin
menyeruak di pemakaman yang sepi itu. Ia pun menutupi mulutnya agar terdengar
samar.
“Hyomin-ah. .”
Taecyeon merangkul Hyomin
dan menyandarkan kepala gadis itu di bahunya.
“Jika kau seperti ini, aku
yakin Eunjung akan membencimu. Mungkin saat ini dia lebih tenang tinggal
disana.” Ujar Taecyeon.
Hyomin pun mengangguk.
Selama ini Taecyeon selalu menasehatinya untuk tidak menyalahkan dirinya atas
apa yang telah menimpa Eunjung.
“Eunjung-ssi, akan
kupastikan pria itu tidak bisa menghirup udara bebas selamanya.” Gumam Taecyeon.
“Aku berjanji akan
menjaga Taecyeon untukmu, Eunjung-shi.” Gumam
Hyomin disela isak tangisnya.
“Aku mencintaimu,
Eunjung-shi. Aku tidak akan pernah melupakanmu.” Gumam Taecyeon lagi.
“Omma, Aku mencintaimu.”
Ujar Mason mengisi keheningan tempat itu.
---------------------------
wah ade w ini pinter bgt nulisnya... kunjungi juga web kaka ade ni http://adesetiadi.net/paras-amel-alvi-yang-cantik-diduga-aktris-terlibat-prostitusi-online/