Translate

Jumat, 15 Agustus 2014

A Girl Meet Love

 Author            : Ekaphrp @EPH0918  Eka Purnama Harahap 

Title               : A Girl Meet Love

Cast               : Ham Eunjung, Ok Taecyeon, Park Hyomin,GDragon

Other Cast   : Moon Mason 

Genre            : Family, Friendship, Comedy

Lenght          : Oneshoot

Backsong     : A Girl Meet Love - K.will feat Tiffany
                          Like A Star -  Taeyeon feat the one
    





Ijen.. seoroui apeumeul sarajigehae..
Nipumeseo nigyeoteseo useul su itge..
Nae mame deureowa jeonbuga doeeojwo..
Haengbongman kkumkkul su itge..
Namanui sarangi doeeojwo..

---------------------------

 

 “Appa!!”
Seorang anak kecil memasuki ruangan terbesar sebuah kantor penerbitan. Ia menghampiri ayahnya yang sedang sibuk dengan dokumen–dokumen di meja kebesarannya. Melihat kedatangan putranya, pria itu pun langsung menghentikan pekerjaannya.
“Kau darimana saja, eumh?” Tanya pria itu sambil mendudukan putranya dimeja.
“Appa lihatlah!! Aku menemukan ini!!”

Anak yang bernama Ok Mason itu memberikan sebuah buku pada pria yang dipanggilnya ‘Appa’. Pria itu adalah Ok Taecyeon, Presedir muda yang mampu menguasai dunia penerbitan di Korea selatan. Taecyeon menjadi orang tua tunggal untuk Mason karena isterinya meninggal setelah melahirkann anak itu.
“Dimana kau menemukannya?”
“Tadi aku menabrak seorang bibi, aku rasa ini miliknya.” Papar Mason, polos.
“Bibi? Bibi Park?”
Mason menggeleng cepat. “Aku tidak tahu, ini pertama kalinya aku melihat bibi itu. Rambutnya sebahu dan dia sangat cantik. Appa, aku menyukainya.”
Taecyeon tersenyum mendengar cerita menggemaskan dari Mason. Untuk pertama kalinya ia begitu antusias menceritakan seorang wanita dewasa.
“Kau baru pertama kali bertemu dengannya, bagaimana bisa kau menyukainya?”
Mason hanya menjawab dengan senyuman nakalnya.
“Baiklah, Appa mengerti.” Ujar Taecyeon sambil mengelus lembut pucuk kepala putranya.

---------------------------

Seorang gadis anggun memasuki ruangan Presedir sambil membawa beberapa dokumen penting.
“Bibi Park!!” Seru Mason.
Ia menghambur ke tubuh mungil gadis itu. Tak sungkan, Hyomin pun menggendongnya.
“Sayang, Kau datang?”
“Ya.”
Gadis itu adalah Park Hyomin, sahabat Taecyeon yang sudah lama menjadi Sekretarisnya. Mason sangat dekat dengan gadis itu karena Hyomin-lah yang merawatnya sejak bayi.
“Mason-ah, turunlah!! Bibi-mu pasti merasa berat.”
“Tidak masalah, Taecyeon-ah. .”
Hyomin tersenyum pada Mason yang terlihat senang. Tingkah Mason sungguh menggemaskan dan hal itu membuat Hyomin sangat menyukainya.
“Mason-ah, kau tunggu-lah di sofa. Appa ingin berbicara dengan Bibi Park.”
“Baiklah.”
Mason berlari ke sofa setelah Hyomin menurunkannya.
 “Ini dokumen yang harus kau tanda tangani.”
“Ya. Aku akan melihatnya nanti.” Ujar Taecyeon.
“Mengapa kau mengajak Mason kemari?” Tanya Hyomin, memandang Mason yang sedang bermain dengan miniature superman-nya disofa.
“Dia selalu mengeluh tidak ingin dititipkan pada sepupuku Donghae. Jadi kali ini aku sengaja mengajaknya.” Taecyeon pun memandang Mason, sedih.
“Sudah saatnya kau mencarikan Ibu untuknya.”
Hyomin berbalik badan dan tersenyum pada pria tersebut.
“Aku belum memikirkannya.” Ujar Taecyeon, tersenyum tipis.
Sesaat suasana hening dan membuat keduanya jadi salah tingkah.
“Ah! Hyomin-ah, apa perusahaan kita merekrut pegawai baru?” Tanya Taecyeon teringat akan sesuatu.
“Pegawai baru?”
Hyomin terdiam sejenak dan memutar otaknya untuk berpikir.
“Aku tidak tahu. Ada apa?”
“Bisakah kau cari tahu lalu berikan resume-nya padaku?”
“Untuk apa?”
“Tadi Mason berbicara tentang seorang bibi yang ditabraknya. Katanya ini pertama kali ia melihat gadis itu.”
“Ah! Baiklah.”
Hyomin tertegun mendengar hal itu. Ada perasaan aneh yang membuat hatinya merasa sakit. Mungkin karena ia tidak ingin kedua pria itu memandang orang lain selain dirinya.
“Aku harap ini hanya perasaanku saja.”  Gumam Hyomin.

---------------------------

 Keesokan harinya. .

“Hama Junko?”
Taecyeon mencermati setiap inci buku yang ditemukan oleh Mason. Nama yang tertera pada sampul buku tersebut meyakinkan Taecyeon bahwa pemilik buku itu adalah orang Jepang. Namun ia menemukan satu kejanggalan, saat dimana Taecyeon melihat diresume-nya tertera bahwa tempat kelahiran orang itu adalah Busan.
“Mason-ah, Bibi itu sungguh membuat Appa-mu ini penasaran.”
Taecyeon memandang bergantian antara buku harian dan resume yang ada dikedua tangannya. Terbesit dalam benaknya untuk mengetahui isi buku tersebut. Walau akan terkesan lancang, tapi Taecyeon ingin sekali membunuh rasa penasarannya yang kini memuncak. Setelah meletakan resume-nya diatas meja, ia kemudian membuka sampul pertama buku itu dengan ragu.
“Hampir sebagian besar dia menuliskannya dalam tulisan hiragana.”
Lembar demi lembar ia membalikkannya dengan sangat teliti. Sampai pada satu halaman, Taecyeon tertegun melihat tulisan itu.
“Kali ini dia menuliskannya dalam tulisan hangul.”
Taecyeon tersenyum manis dan langsung membaca halaman tersebut dengan cermat. Sesaat ekspresinya tidak sebaik saat ia tahu akan ada tulisan hangul dibuku tersebut. Ia merasa sangat simpati membaca rangkaian kalimat yang tertulis disana.  
                “Aku tidak tahu, apa hidupku selanjutnya masih bisa setenang ini atau tidak. Aku sungguh merasa bahwa dunia ini sangat menakutkan, bahkan aku tidak mengerti untuk apa sebenarnya aku tetap bertahan hidup di dunia yang mengerikan ini. Entahlah. .”
Taecyeon menutup buku tersebut, pelan. Tiba – tiba saja ia merasakan sesuatu telah menyayat hatinya. Perih justru bukan lagi kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana perasaannya saat itu.

Tokk Tokk Tokk

Lamunan tentang gadis itu membuyar ketika ia mendengar ketukan pintu disana.
“Masuklah!!”
Taecyeon menatap seorang gadis yang tengah melangkah ragu kedalam ruangannya. Tergambar jelas dari wajahnya, gadis itu seperti menyimpan sesuatu yang berat dihatinya.
“Apa Presedir memanggilku?” Tanya gadis itu.
Gadis  itu adalah Ham Eunjung, bibi yang dimaksudkan oleh Mason kemarin pagi. Ternyata ia adalah seorang penerjemah buku – buku berbahasa Jepang yang baru saja direkrut oleh perusahaan tersebut.
“Ya. Duduklah disana!!” Serunya sambil menunjuk sofa yang ada diruangan tersebut.
Taecyeon mempersilakan penerjemah itu untuk duduk. Saat ini Eunjung hanya bisa tertunduk karena tidak berani memandang wajah seseorang.
“Ham Eunjung. Apa benar itu namamu?”
Ia pun menoleh pelan dan menatap Taecyeon dengan tatapan datar.
“Ya”
Tanpa basa–basi Taecyeon pun mengeluarkan sesuatu dari balik jas hitamnya.
“Apa ini  milikmu?”
Taecyeon mengangkat sebuah buku dan memperlihatkannya pada Eunjung. Terkejut adalah kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana ekspresi wajah Eunjung saat itu. Darahnya terasa memompa begitu cepat bahkan jantungnya berdetak melebihi rata – rata. Buku harian yang selama ini ia sembunyikan dari siapapun, entah bagaimana bisa ada pada pria itu.
“Darimana kau mendapatkannya?” Tanya Eunjung dengan tatapan mencekam.
“Jadi benar ini milikmu? Apa Hama Junko itu nama aslimu?”
Dengan sigap Eunjung berdiri, seakan – akan emosinya tidak lagi terkendali. Ia sangat marah bila ada seseorang yang menyinggung nama sesungguhnya. Eunjung menarik buku itu dengan kasar dari tangan Presedirnya sendiri. Tidak peduli apa yang akan dilakukan Taecyeon setelah ini. Yang terpenting adalah Eunjung tidak ingin ada orang lain yang mencampuri kehidupan pribadinya.
“Aku mohon jangan pernah mencampuri kehidupanku!!” Pinta Eunjung, dingin.
“Maafkan aku atas ketidaknyamanan ini. Putraku yang menemukannya setelah menabrakmu kemarin pagi.”
Taecyeon ikut berdiri dan memberikan senyumnya yang paling tulus. Ia sedikit memahami perasaan Eunjung, terlebih setelah apa yang ia baca dalam buku itu.
“Baiklah, jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan aku akan pergi.” Ujar Eunjung sangat kesal.
“Tunggu!!”
Langkah Eunjung terhenti saat Taecyeon memanggilnya, ia pun enggan menoleh kebelakang karena kesal pada Presedirnya yang terlalu mencampuri kehidupan pribadinya.
“A-Aku-- Ingin mengajakmu makan malam. Anggap ini sebagai permintaan maafku.”
Eunjung tidak bergeming sama sekali. Ia justru sangat geram hingga mengepalkan tangannya begitu kuat.
“Maaf Presedir, Aku masih banyak pekerjaan.” Elak Eunjung lalu melanjutkan langkahnya.
“Kau tidak menjawab dan aku anggap kau menyetujuinya. Baiklah, aku akan menjemputmu jam tujuh nanti.”
Taecyeon adalah sosok pria yang pantang menyerah. Demi mendapatkan apapun, ia selalu berusaha dengan keras. Sekali pun itu hanya demi mendapatkan hati seorang gadis yang baru saja dikenalnya.
Eunjung terus melangkah tanpa mempedulikan Taecyeon, apapun alasannya ia tidak ingin ada seseorang yang masuk kedalam hidupnya. Sebab itulah ia selalu menjauh dari orang – orang yang berusaha mendekatinya.

---------------------------

“Tidak!! Aku mohon, Lepaskan aku!! Jangan bawa aku!!”
Gadis itu mencoba melepaskan diri dari genggaman seorang pria yang kini memaksanya ikut. Tentu gadis itu menolak karena ia tidak menginginkannya. Gadis itu menahan tumitnya agar orang yang membawanya itu merasa kesulitan. Namun sekuat apapun gadis itu menahan, tenaga seorang pria tentu tidak bisa mengalahkannya.
“Tidak!!!!!!”

Tes Tes

Buliran air mata kini membasahi kelopak matanya, ia sungguh beruntung karena itu hanyalah sebuah mimpi. Tubuhnya bergetar, ia meringkuh menahan sesak di dadanya. Akibat mimpi itu,  ia tidak pernah  sekalipun merasakan ketenangan selama tiga bulan tinggal di kota Busan. Oleh sebab itu ia menjadi sangat frustasi.

Tokk Tokk Tokk

Ketukan pintu itu membuatnya semakin merasa terancam, belum reda rasa shock-nya karena mimpi  tersebut. Tiba – tiba saja sebuah ketukan pintu mengejutkannya kembali.
Eunjung berdelik pada arah jarum jam yang menunjukkan pukul tujuh malam. Ia segera turun dari ranjang karena merasa yakin yang datang adalah Presedirnya.
“Anyeonghaseyo!!”
Ia begitu terkejut ketika yang ia lihat bukanlah Presedirnya, melainkan dua orang pria yang mengenakan jas hitam. Saat itu Eunjung hanya bisa menahan rasa takut dengan mengepalkan kedua tangannya. Ia sama sekali tidak mengenali kedua pria itu.
“Apa anda Ham Eunjung-ssi?” Tanya seorang pria yang memakai kacamata.
“Ya. Ada apa?” Jawab Eunjung, gugup.
“Kami dari pihak imigrasi, memberitahukan bahwa masa visa anda telah berakhir beberapa hari yang lalu, tapi anda tidak melapor pada kami. Dengan terpaksa kami harus mendeportasi anda.” Paparnya.
“Ta-Tapi . .”
Wajahnya terlihat begitu ketakutan saat tahu dirinya akan dideportasi.
“Anda bisa menjelaskannya di kantor imigrasi, lebih baik anda ikut dengan kami.”
“No way!!”
Eunjung melangkah mundur ketika pria yang lain akan membawanya. Hari itu akhirnya tiba, ketakutan yang membuat Eunjung tidak bisa menjalani hidupnya dengan tenang. Saat dimana ia harus dideportasi ke Negara yang paling ia benci.
“Maafkan kami, tapi anda harus ikut dengan kami.”
Seberapa kuat pun Eunjung menahan kakinya, tenaga kedua pria itu lebih kuat  dibandingkan tenaganya. Eunjung hanya bisa menangis sambil meronta dan memohon agar ia bisa tetap tinggal.
“Tidak!! Aku tidak ingin. Aku mohon biarkan aku untuk tetap tinggal!” Pinta Eunjung.
Mereka membawa paksa Eunjung dengan menuruni anak tangga, namun seseorang tiba - tiba saja menghalangi jalan mereka.
“Apa yang kalian lakukan pada gadis itu?” Tanyanya.
Eunjung dan kedua petugas itu menoleh pada pria yang tak lain adalah Taecyeon.
“Kami harus mendeportasi gadis ini karena telah melanggar hukum.”
Taecyeon merasa sangat terpukul dengan pernyataan petugas itu.
“Tolong lepaskan dia, aku akan mengajukan permohonan untuk memperpanjang masa visa-nya.”
“Memangnya anda siapa?”
“Aku adalah calon suaminya.” Jawab Taecyeon.
Wajahnya begitu serius menatap kedua petugas tersebut. Tangis Eunjung terhenti setelah mendengar pernyataan Taecyeon. Hal itu sungguh membuatnya ingin sekali tertawa.
“Ini kartu namaku.”
Taecyeon menyerahkan sebuah kartu nama untuk jaminan agar petugas imigrasi itu tidak membawa Eunjung.
“Baiklah. Tapi kalian harus melapor secepatnya.”
“Ya”
Tanpa membuang waktu lagi, akhirnya petugas imigrasi itu pergi.
“Apa kau baik–baik saja?”
Sejak tadi Eunjung tidak lagi kuat menopang tubuhnya yang gemetar. Ia terlalu shock dengan kejadian tersebut. Eunjung terpungkur ditangga sambil menahan rasa takutnya.
“Eunjung-ssi, apa kau baik–baik saja?” Tanya Taecyeon  sambil meraih bahu gadis itu.
Dengan cepat Eunjung menepis tangan kekar itu. Deru nafas yang memburu terdengar jelas disana. Eunjung seperti menahan emosi yang siap meledak. Bukan karena petugas itu, melainkan karena ucapan Taecyeon sebelumnya.
“Kau! Mengapa kau mengatakan hal itu!!”  Pekik Eunjung.
Irama nafasnya tidak lagi teratur, ia begitu marah. Meskipun ia sangat berterima kasih karena akhirnya ia tidak jadi dideportasi, tapi Taecyeon membuatnya menjadi serba salah.
“Eunjung-ssi, maaf. Aku, Aku hanya ingin kau tetap berada disini.”
Taecyeon memandang simpati terhadap Eunjung. Saat ini ia hanya bisa memandangi gadis yang terus menangis itu. Mencoba memahami kondisinya dan menunggu hingga gadis itu merasa lebih baik.
Waktu terus berputar bersama iringan isak tangis Eunjung. Pria yang mematung di hadapannya hanya bisa memandang dan terus memandang sampai akhirnya Eunjung terhenti dari tangisnya.
Eunjung mencoba bangkit dan kembali ke rumah kumuhnya. Ya. Eunjung bukanlah tinggal disebuah apartement mewah. Ia hanya menyewa sebuah tempat tinggal kumuh untuk tetap bisa bertahan hidup. Tidak banyak orang yang ingin menempati dusun tersebut karena dinilai tidak layak untuk ditempati.
“Pergilah!!” Seru Eunjung sambil berjalan gontai.
“Baiklah, tapi besok aku akan menjemputmu. Kita akan pergi ke kantor imigrasi bersama – sama.” Ujar Taecyeon, menatap punggung Eunjung yang berlalu menaiki anak tangga.
Eunjung terus berjalan tanpa mempedulikan Taecyeon. Ia berjalan sambil berpegang pada tangan tangga tersebut. Sebab ia terlalu lemah untuk berjalan.

---------------------------

“Jika kau memerlukan bantuan, katakan saja padaku.” Ujar Taecyeon.
Eunjung hanya mengangguk pelan. Mereka baru saja kembali dari kantor imigrasi untuk mengurus masa visa Eunjung. Beruntung pihak imigrasi memberikan izin tinggal untuk Eunjung selama ia memiliki pekerjaan tetap.
Dalam perjalanan menuju kantor, tidak banyak yang bisa mereka bicarakan. Eunjung selalu mengalihkan pandangannya keluar jendela, sedang Taecyeon tidak memiliki topik pembicaraan yang menarik. Akhirnya ia memutuskan untuk fokus mengendarai mobilnya.

---------------------------

 Busan Publisher, Inc.

“Maaf Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?” Tanya seorang receptionist pada tamunya.
“Aku ingin bertemu dengan Hama-chan. Cepat panggilkan dia!!” Seru pria  bermimik seram tersebut.
Receptionist tersebut menyernyitkan dahinya, sebab selama tiga tahun bekerja di perusahaan itu, ia tidak pernah mendengar ada pegawai yang namanya disebutkan tadi.
“Maaf Tuan, di perusahaan kami tidak memiliki pegawai yang namanya anda sebutkan.”
“Tidak mungkin!! Apa kau sedang bermain – main denganku!!” Bentaknya sambil memukul keras meja receptionist tersebut.
Ketakutan tergambar jelas di raut wajah receptionist itu. Matanya memerah melihat tatapan tajam dari pria yang baru saja membentaknya.
“Ta-Tapi. . A-Aku tidak berbohong, Tuan.”
“Kau!!”
Pria itu terlihat sangat marah dan ingin melampiaskan kekesalannya dengan menampar receptionist tersebut. Namun tiba – tiba saja sebuah tangan menahan sikapnya.
“Apa yang kau lakukan pada pegawaiku?” Tanya seseorang pelan namun tegas.
Pria yang hendak menampar receptionist tadi pun memutar tubuhnya dan berhadapan dengan seorang pria yang tubuhnya lebih tinggi darinya.
“Ah! Jadi kau pemilik perusahaan ini?”
“Ya. Apa kau sedang membuat keributan disini?”
“Tidak. Aku hanya. .”
Matanya langsung tersorot pada seorang gadis yang tengah menunduk disebelah pria tinggi tersebut. Senyum simpul pun langsung mengembang saat ia melihat gadis itu.
“Lama tidak bertemu, Hama-chan.” Sapa pria itu.
Eunjung terkejut begitu mendengar nama sesungguhnya disebutkan oleh seseorang. Dimana nama itu tidak ada yang mengetahuinya selain Taecyeon. Ia menegapkan kepalanya dengan ragu, namun begitu melihat pria yang memanggilnya tadi, tubuhnya menjadi tidak seimbang dan hampir saja terjatuh jika Taecyeon tidak segera menangkapnya.
“R-Ry-Ryou-kun!!”
Mata Eunjung memerah, wajahnya pun memucat seiring dengan hal itu. Desiran darah bahkan detak jantung, semua mendesak tubuhnya untuk segera keluar.
“Apa kau terkejut? Kau justru terlihat begitu cantik saat sedang terkejut!!”
Pria itu terkekeh sangat keras, hingga membuat bulu kuduk Eunjung merinding. Mimpi buruk  yang ia takutkan selama ini terlalu cepat menghampirinya. Bahkan ia belum cukup siap untuk menghadapi mimpi buruk tersebut.
“A-Apa yang kau inginkan?” Tanya Eunjung, takut.
“Ikutlah bersamaku menemui Tuan Nakamura.”
“Tidak!!” Eunjung menggeleng cepat.
Taecyeon tidak mengerti maksud pembicaraan mereka. Ia juga tidak tahu apa hubungan Ham Eunjung dengan pria itu sebenarnya. Rasa ketakutannya membuat Eunjung tidak sadar betapa kuatnya ia menggenggam lengan Taecyeon saat itu.
“Kau harus bertanggung jawab padaku. Karena kau!!”
Ryou mengambil jeda sesaat sebelum melanjutkan ucapannya.
“Telah membuat hidupku seperti di neraka!!” Timpalnya setelah itu.
Eunjung menggeleng pelan, matanya mulai berkaca – kaca dan bibir merahnya bergetar hebat. Taecyeon bisa merasakan ketakutan itu hanya dengan menatap mata Eunjung, gadis yang telah mencuri hatinya.
“Kau tidak bisa membawa calon istriku!!” Ujar Taecyeon, menatap dalam manik mata Ryou.
“Ah! Bahkan kini kau sudah memiliki calon suami seorang Presedir. Aku sangat bangga padamu.” Ujar Ryou dangan nada menyindir.
“Ya, Benar. Apa ada yang salah?”
Butiran air menetes pelan dari kelopak mata kanan Eunjung. Sungguh, ia tidak bisa lagi berbuat apapun selain memanfaatkan Taecyeon. Semua mata pegawai tertuju pada pertengkaran mereka, gadis mungil yang selalu bersama Taecyeon pun kini tengah berdiri didekat sana. Hyomin tidak bisa mempercayai pernyataan Eunjung dan Taecyeon yang mengatakan bahwa mereka adalah calon suami-isteri. Hatinya sangat perih mendengar hal itu.
“Lebih baik kau pergi sekarang atau aku akan melaporkanmu pada pihak berwajib!!” Bentak Taecyeon yang begitu tiba–tiba.
Ancaman itu adalah senjata mematikan bagi Ryou, ia pun terpaksa pergi sebelum mendapatkan masalah di Negara asing.
“Baiklah. Tapi kau harus ingat, aku tidak akan pernah melepaskan calon istrimu sampai ia mati sekalipun!!” Ancam Ryou dan tak lama kemudian pergi dengan tatapan membunuh.
Tubuh Eunjung semakin melemah ketika Ryou telah pergi dari hadapannya. Tangannya masih menggenggam erat lengan kekar Taecyeon. Tapi pandangannya menjadi gelap hingga ia pun tidak sadarkan diri lagi.

---------------------------

“Kau baik–baik saja?”
Eunjung membuka matanya perlahan dan mengadaptasikan matanya yang tersorot oleh cahaya lampu di ruangan tersebut.
“Bibi, Apa kau baik – baik saja?” Tanya Mason sambil menangis sesenggukan.
Setelah pandangannya mulai terasa jelas, ia pun memandang kesegala arah. Ia merasa tempat itu sangat asing baginya.
“Saat ini kau berada di rumahku.” Tutur Taecyeon yang bisa menebak isi pikiran Eunjung.
Gadis itu menatap Taecyeon yang duduk ditepi ranjang bersama seorang anak kecil. Eunjung terlihat kebingungan.
“Kau pingsan setelah kejadian tadi pagi, aku membawamu kemari karena kau tidak sadarkan diri selama tiga jam.” Tambah Taecyeon.
“Aku ingin pulang.”
Eunjung  yang baru ingin menyingkap selimut putih yang membalut tubuhnya tiba – tiba terhenti saat tangan kecil menahannya.
"Don't go! Tetaplah disini, Bibi.”
Mason terus menangis. Ia tidak ingin Eunjung meninggalkan tempat tinggal mereka. Karena sejak pertama kali bertemunya, anak itu sudah sangat menyukai Eunjung.
“Tapi aku harus pergi.” Ujar Eunjung, lembut.
“Tidak!!”
Tangis Mason semakin menggema dan membuat Eunjung menjadi semakin bingung. Ini pertama kalinya ia menghadapi seorang anak kecil.
“Aku rasa putraku benar. Ada baiknya kau tetap tinggal disini.”
“Mengapa aku harus tetap tinggal, eumh?” Tanya Eunjung, dingin.
Taecyeon melirik Mason sesaat. Sepertinya tidak baik jika seorang anak kecil mendengarkan apa yang tidak harus didengar olehnya.
“Mason-ah, kembalilah ke kamar. Appa dan bibi harus berbicara?”
Mason mengusap air matanya dan menggangguk.
Suasana hening ketika Mason telah meninggalkan mereka. Eunjung pun bangkit dari ranjang itu dan berniat untuk pergi. Namun Taecyeon segera menghampiri dan menarik tangannya.
“Jika kau pergi, kau pasti akan mati ditangan pria itu!!” Ujar Taecyeon.
Eunjung menghempaskan genggaman Taecyeon dan menatapnya sinis.
“Memangnya kau ini siapa? Mati atau tidak, semua itu adalah takdirku.”
Taecyeon menarik tubuh Eunjung dan membawa gadis itu kedalam pelukannya. Tentu Eunjung berontak dan memukul keras dada bidang pria itu. Namun Taecyeon tak menghiraukannya, ia justru mendekap Eunjung lebih dalam.
“Lepaskan aku, Presdir!! Aku bilang lepaskan!!” Pekik Eunjung, histeris.
Taecyeon membuat Eunjung terlihat begitu bodoh dan lemah.
“Karena itukah kau mengutuk hidupmu sendiri, eung? Selemah itukah dirimu hingga menjadi seperti ini?”
Tangis Eunjung membuncah, apa yang dikatakan pria itu memang benar. Ia menjadi lemah karena hidupnya yang malang. Sebab itulah ia selalu bersikap buruk pada orang – orang disekitarnya, agar tidak ada yang berusaha mengasihaninya.
“Jangan lakukan semua ini, aku mohon! Karena aku akan menunjukkan padamu betapa dunia ini sangat berarti bagimu.”
Rontaan dan tangisannya kini mereda. Eunjung tidak mengerti apa ini pertanda bahwa ia sependapat dengan ucapan Taecyeon atau hanya sekedar memahami hal itu.
Taecyeon melepaskan pelukannya dan menggenggam erat kedua bahu gadis itu sambil menatapnya dengan senyuman lembut.
“Setelah pekerjaannya selesai, Sekretarisku akan membawa semua pakaianmu kemari. Jadi, kau tidak perlu khawatir.”
Walau Eunjung hanya membalas ucapannya dengan tatapan dingin. Taecyeon sudah tahu arti dari tatapan itu.
“Tidur dan beristirahatlah!!” Ujar Taecyeon kemudian berlalu.

---------------------------

“Maafkan aku karena telah merepotkanmu, Hyomin-ah!!”
Hyomin baru saja tiba membawa pakaian Eunjung. Sebab mulai malam ini Eunjung akan tinggal satu atap dengan Taecyeon dan Mason.
“Tidak masalah, bukankah kau bilang aku ini temanmu?” Gurau Hyomin.
Sangat jelas bahwa Hyomin memaksakan gurauan tersebut. Sejujurnya ia tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Tapi ia tetap berusaha tegar hingga benteng pertahanan dihatinya tak kuat lagi menahan perasaan tersebut.
“Masuklah, Aku akan membuatkanmu teh hijau.”
Taecyeon meraih koper yang dibawa Hyomin. Mereka masuk bersama – sama kedalam rumah yang berukuran besar itu. Hyomin duduk disofa sambil menunggu Taecyeon membuatkannya teh hijau. Namun ia merasa aneh karena tidak melihat sosok Eunjung.
“Apa dia sudah tidur?” Tanya Hyomin.
“Ya. Dia baru saja tidur.”
“Ah!”
Hyomin mengangguk pelan. Tak lama kemudian, Taecyeon datang dengan secangkir teh hijau kesukaan gadis itu.
“Minumlah!!”
Taecyeon mempersilahkannya minum. Tak butuh waktu lama, Hyomin segera meraih cangkir tersebut lalu menyeruput teh itu.
“Apa yang membuatmu tertarik padanya?” Tanya Hyomin, tiba – tiba saja.
“Ya?”
“Kau.. Apa yang membuat dirinya menarik dihadapanmu?”
“Ah! Hal itu.”
Taecyeon terdiam sejenak lalu tersenyum sambil menatap mata Hyomin. Ia tidak tahu mengapa gadis itu selalu saja bisa menebak perasaannya.
“Awalnya aku hanya ingin tahu seperti apa gadis yang disukai oleh putraku. Tapi setelah aku melihatnya, aku merasa bahwa aku juga menyukainya.”
“Ah begitukah?”
Tanpa sadar Hyomin meneteskan air mata dihadapan Taecyeon.
“Hyomin-ah, apa kau menangis?”
Ia pun segera menghapus air matanya dan berpura – pura tidak terjadi apa – apa.
“Ah! Sepertinya mataku kemasukan debu, perih sekali.” Ujarnya sambil mengibas – ibaskan tangan didepan matanya.
“Kalau begitu lebih baik kau cuci, jika tidak akan terinfeksi.” Saran Taecyeon yang tidak menyadari sikap aneh Hyomin.
“Tidak. Lebih baik aku pulang, malam sudah semakin larut.”
Hyomin bangkit dan meraih tas tangannya.
“Baiklah, aku akan mengantarmu sampai depan  pintu.”
Taecyeon pun ikut beranjak untuk mengantarkan kepergian Hyomin.

---------------------------

“Tidaaaaaaaaaaaakkkkk!!!!!!” Jerit seorang gadis.
Malam yang sudah terlelap seketika terbangun akibat jeritan gadis itu. Begitu pula dengan seorang pria yang tinggal satu atap dengannya. Mendengar jeritan tersebut membuatnya begitu cemas. Berulang kali ia mengetuk pintu kamar yang ditempati Eunjung, namun ia tak mendapat jawaban apapun.
“Ham Eunjung-ssi, Apa kau baik – baik saja?” Tanya Taecyeon dari balik pintu.
Eunjung lagi–lagi bermimpi buruk. Ia meringkuh ketakutan diatas ranjangnya sambil terus menahan rasa takut itu.
“Ham Eunjung-ssi, aku akan masuk!!”
Taecyeon membuka pintu yang ternyata tidak dikunci oleh Eunjung. Ruangan itu sangat gelap tapi Taecyeon bisa mendengar deru nafas yang tidak beraturan dalam kamar tersebut. Ia pun meraba saklar yang ada disebelah kanan dinding agar lampunya menyala.
“Ham Eunjung-ssi!!” Seru Taecyeon.
Ia menghampiri Eunjung yang meringkuh ketakutan sambil menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. Kemudian Taecyeon menyibakkan selimut itu. Isak tangis mulai terdengar jelas ketika ia telah menyingkirkan selimut itu dari tubuh Eunjung.
“Apa kau bermimpi buruk?”
“Taecyeon-ssi. .” Ujar Eunjung, lirih.
“Kau tidak perlu takut, aku akan menjagamu.”
Taecyeon duduk di sisi ranjang lalu mencoba meraih kedua tangan Eunjung yang sejak tadi ia kepalkan didepan mulutnya. Keringat dingin mengucur deras dari tubuhnya.
“Tidurlah, Eunjung-shi!!”
“Taecyeon-ssi,  tetaplah disisiku, aku mohon!!”
Eunjung menatap nanar pria itu. Saat ini yang ia butuhkan adalah seseorang yang bisa menjaganya.
“Baiklah, aku akan tetap disisimu.”
Taecyeon tersenyum lembut dan mengusap peluh didahi gadis itu. Lalu Taecyeon membenarkan posisi Eunjung dan menyelimutinya kembali. Ia terus menggenggam tangan Eunjung agar gadis itu percaya bahwa dirinya tidak akan pergi.
“Aku akan menyanyikan lagu untukmu. Jadi, tidurlah yang lelap.” Ujar Taecyeon lalu mengecup kening Eunjung singkat.


Like a star

               geu mueotgwa bigwohalsu isseulggayo
                geu mueotgwabattol suga itnayo
                geudaeui sarangeul
                geudaeui maeumeul
                geu nugadaesinhalsu itnayo
               

               you’re my everything to me
                you’re my everything to me
                haneul ui byeolcheoreom hwanhageh bichwojuri
                geudaeneun naman ui sarang
                yeonywonhan namanui sarang
                uri saranghaeyo
                geudae hanamyeon nan chungbunhaeyo
 




Perlahan–lahan Eunjung mulai memejamkan matanya, namun ia tetap terus menggenggam tangan Taecyeon dengan erat. Ia takut mimpi itu akan menghampirinya kembali.
“Terima kasih Taecyeon-ssi, karena kau telah membuatku merasa lebih tenang.”  Gumam Eunjung yang belum tertidur sepenuhnya.
“Tidurlah Eunjung-ssi, tidurlah yang lelap. Aku akan berusaha menciptakan ketenangan dalam hidupmu.”
Sudut bibir Taecyeon mengembang ketika melihat wajah Eunjung yang sedang tertidur. Tidak disangka gadis sedingin itu terlihat sangat manis saat tertidur.
“Aku menyayangimu, Ham Eunjung-ssi!!” Ujar Taecyeon, pelan.

---------------------------

Sebulan berlalu dengan sangat cepat, Kini Eunjung mulai merasa nyaman tinggal satu atap bersama Taecyeon dan juga Mason. Entah ini pertanda buruk atau baik untuk mereka.
“Apa tidurmu lebih baik malam ini?”
Eunjung mengangguk pelan sambil menyantap hidangan sarapannya pagi itu. Selama sebulan belakangan ini, sarapan bersama sudah menjadi rutinitas mereka sebelum berangkat ke kantor.
“Bibi, apa kau sakit?” Tanya Mason yang mencemaskan Eunjung.
“Tidak, Sayang.”
Eunjung mengusap pucuk kepala Mason yang sedang menyantap sarapannya.
“Kau terlihat kurang tidur.” Timpal Taecyeon.
“Ah benarkah?” Sahut Eunjung, datar.
“Apa kau terganggu dengan surat ancaman dari pria itu?”
“Ya”
“Kau tidak perlu takut, dia tidak akan berani mendekatimu selagi aku tetap berada disisimu.” Ujar Taecyeon dan tersenyum manis.
“Entah mengapa setiap aku melihat senyum itu, aku merasa sesuatu yang hangat sedang menyelimuti hatiku.”  Gumam Eunjung sambil menatap manik mata pria dihadapannya.
“Apa kau sedang memikirkan sesuatu?”
Eunjung tersadar dari lamunannya. Ia sadar dengan kesalahan yang terjadi pada dirinya. Tidak seharusnya ia berpikir tentang perasaannya saat ini. Sebab hal itu pasti akan membuatnya semakin merasa tertekan.
“Eunjung-ssi, kau sedang memikirkan sesuatu?”
“Ah tidak.”
"Hmmmm..”
Mereka kembali melanjutkan sarapan mereka masing – masing. Sungguh disayangkan, rumah mewah milik Taecyeon hanya ditempati oleh mereka bertiga.
Ditengah–tengah sarapan pagi itu,  Mason tiba – tiba  turun dari kursinya dan pindah kepangkuan Eunjung.
“Mason-ah, kau tidak boleh seperti itu.” Tegur Taecyeon, pelan.
Namun Mason tidak mempedulikan ucapan ayahnya. Ia justru mengatakan sesuatu yang membuat mereka jadi terkejut.
“Bibi, aku mohon jadilah Omma-ku.” Pinta Mason, polos.
Taecyeon tersedak setelah mendengar penyataan polos Mason, sedangkan Eunjung tidak tahu harus berkata apa, ia terlalu terkejut dengan pernyataan polos itu. Taecyeon mengalihkan pandangannya karena malu.
“Tapi Sayang..”
“Ayolah, Omma.”
Lagi–lagi Taecyeon tersedak mendengarnya.
“Mason-ah, kau tidak boleh memaksa bibi.”
Karena mereka mengacuhkan permintaannya, Mason pun menangis sejadi – jadinya dan membuat Eunjung akhirnya menuruti permintaan itu. Sejujurnya ia tidak bisa melihat anak kecil menangis dihadapannya.
“Baiklah, sekarang aku adalah Omma-mu.”
Taecyeon dan Eunjung saling memandang sesaat, namun tiba – tiba Mason mencium bibir Eunjung dan membuat mereka tersenyum melihat tingkah anak itu.

---------------------------

Lotte World, Seoul


Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua jam, mereka tiba di sebuah taman bermain yang disebut – sebut sebagai taman bermain terbesar didunia. Karena hari itu adalah hari libur, Mason ingin sekali pergi bermain bersama. Maka itu Taecyeon mengajak mereka kesana.
 “Omma, ayo kita kesana!!” Ajak Mason, menarik tangan Eunjung.
“Baiklah.” Ujar Eunjung, ramah.
Taecyeon hanya tersenyum melihat sikap Eunjung yang perlahan – lahan mulai berubah menjadi hangat. Ia mulai peduli terhadap Mason, begitu pun dengan anak itu. Mason selalu berusaha agar Eunjung merasa nyaman tinggal bersama mereka. Taecyeon langsung mengenggam tangan Mason yang lain untuk segera menuntunnya masuk kedalam taman bermain itu. Namun tiba – tiba saja dering ponsel Taecyeon berbunyi.
“Mason-ah, Appa angkat telepon dulu. Kau tunggu disini dengan Eunjung Omma, eumh?”
“Baiklah.”
Taecyeon menjauhi Eunjung dan Mason untuk menjawab telepon tersebut.
“Yeoboseyo, Hyomina-ah!!”
“Taecyeon-ah, apa kau ada waktu hari ini? Aku..”  Ujar Hyomin diseberang sana.
“Maaf Hyomin-ah, Aku sedang berada di Seoul. Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan?” Tanya Taecyeon, menyela ucapan gadis itu.
“Kau di Seoul? Untuk apa?”
“Mason ingin sekali mengajak Eunjung bermain ke taman hiburan.” Jawab Taecyeon, terkekeh.
“Ah! Benarkah? Kalau begitu aku akan menghubungimu nanti.”
Belum sempat Taecyeon mengatakan sesuatu, Hyomin sudah lebih dulu memutuskan sambungan telepon tersebut. Taecyeon pun kembali menghampiri Eunjung dan Mason yang sudah lama menunggu.
“Let's go!!” Seru Taecyeon, menggenggam tangan Mason.
Hari ini mereka akan menghabiskan waktu dengan bermain. Taecyeon mengerti betapa tertekannya Eunjung selama ini. Kali ini ia mencoba untuk membuat Eunjung melupakan sejenak masalah yang mengganggu pikirannya.
Mereka mengelilingi berbagai wahana dan mencobanya satu per satu. Awalnya Eunjung menolak, Namun Taecyeon memiliki senjata untuk membuat Eunjung menyetujuinya, yaitu Mason. Anak itu selalu memaksa Eunjung dengan tangisannya. Tentu hal itu membuat Eunjung tidak bisa menolak.  Perlahan Eunjung mulai menikmati permainan itu dan tanpa disadarinya ia tersenyum begitu lepas.
“Kau terlihat sangat manis saat tersenyum, Eunjung-ssi.” Gumam Taecyeon menatap kearah Eunjung.
Tanpa terasa hari berlalu begitu cepat. Matahari mulai menyembunyikan keberadaannya sedangkan bulan perlahan – lahan mulai menampakkan cahayanya. Namun sebelum mereka kembali ke Busan, mereka memutuskan untuk makan malam disana. Sebab perjalanan yang mereka tempuh akan memakan waktu yang lama. Kini Mason sudah tertidur lelap disebelah tempat duduk Taecyeon, mungkin ia terlalu lelah hingga tidak bisa menahan rasa kantuknya.
“Eunjung-shi, apa aku boleh menanyakan sesuatu?” Tanya Taecyeon disela – sela makan malam mereka.
“Mengenai apa?” Tanya balik Eunjung.
“Sebenarnya aku tidak bermaksud untuk mencampuri kehidupanmu. Tapi, apa hubunganmu dengan pria itu sebenarnya?” Tanya Taecyeon, ragu.
Eunjung meletakkan sendok dan garpunya lalu menatap Taecyeon dalam – dalam.
“Baiklah aku tidak akan bertanya lagi.” Ujar Taecyeon begitu melihat tatapan mata Eunjung.
“Dia adalah saudara tiri-ku.”
Tiba–tiba Taecyeon tersedak mendengar lontaran kata yang terucap dari mulut Eunjung.
“Saudara tiri?”
“Ya. Aku dengannya berbeda ayah dan ibu. Dua puluh tahun yang lalu, dimana aku masih berusia lima tahun, ibuku menikah dengan ayahnya. Karena usiaku masih balita, aku tidak mengerti apa itu arti pernikahan.”
Eunjung menghela nafas panjang dan menunduk sesaat. Ia tidak kuasa membendung air matanya.
“Eunjung-ssi, maaf..”
Taecyeon merasa sangat bersalah, tidak seharusnya ia menanyakan hal itu.
“Awalnya kehidupanku sangat baik, Ayah tiri-ku tidak pernah memandang bahwa aku bukanlah putri kandungnya. Beliau selalu menyayangiku seperti menyayangi putranya sendiri.”
Eunjung tetap tertunduk sambil menceritakan semua yang ingin diketahui pria dihadapannya itu.
“Hentikan, Aku tidak ingin mendengarnya lagi!!”
Taecyeon meletakkan sendok dan garpunya sedikit keras.
“Tapi.. Semua berubah ketika mereka meninggal karena kecelakaan.”
Lagi–lagi Eunjung menghela nafas, ia berhenti beberapa saat untuk menormalkan tenggorokannya yang tercekat. Ia menekan bagian dadanya agar rasa sakit itu segera menghilang.
“Kumohon, lupakan pertanyaanku tadi.” Pinta Taecyeon.
Ia segera menghampiri Eunjung dan berlutut dihadapannya. Taecyeon mencoba melihat wajah Eunjung yang sudah dibasahi oleh air mata. Ia menegapkan kepala gadis itu lalu mengusap air mata yang membasahi pipinya dengan lembut.
“Setelah kedua orang tuaku meninggal, pria itu menjadi sangat buruk. Dia sering berjudi dan mabuk–mabukkan. Aku..”
Eunjung kembali terisak. Taecyeon pun membenamkan kepala gadis itu di dada bidangnya.
“Maafkan aku, Eunjung-shi. Maaaf..”
“Dia menjualku pada seorang mafia di Jepang karena hutangnya. Sebab itulah aku sangat takut.”
Taecyeon menghadapkan kembali wajah gadis itu agar menatapnya.
“Kau tidak perlu takut. Aku dan Mason akan selalu menjagamu, Ham Eunjung-ssi.”
Eunjung membalas tatapan pria itu nanar.
“Kau.. Mengapa kau bersikap baik terhadapku? Apa karena aku terlihat begitu menyedihkan?”
Taecyeon tersenyum lembut. “Percaya atau tidak. Karena aku dan putraku sangat menyukaimu.”
Eunjung tersenyum simpul. “Aku bahkan tidak bisa mempercayai diriku sendiri, jadi mustahil untuk aku bisa mempercayai orang lain.” Ujarnya sambil terus menatap Taecyeon, nanar.
 “Baiklah, Aku mengerti.”
Taecyeon tersenyum sebelum melanjutkan ucapannya. “Ya sudah, lebih baik kita kembali. Kau terlihat sangat lelah.”
Lalu Taecyeon pun menggendong Mason didepannya sambil menuntun Eunjung berjalan.

---------------------------

Tepat pukul 22.00 waktu setempat mereka tiba didepan rumah. Namun pria itu tidak bisa masuk bersama kedalam. Sebab ia mendapat telepon dari Hyomin yang mengharuskan kedatangannya. Eunjung keluar dari mobil sambil menggendong Mason didepannya.
“Kau pergilah!!” Titah Eunjung.
“Terima kasih, Eunjung-shi.”
Eunjung mengangguk.
“Jangan lupa mengunci pintu dan jangan biarkan siapapun masuk kedalam rumah, kau mengerti?”
“Ya”
Taecyeon pun menginjak pedal gas dan berlalu dari hadapannya. Entah mengapa saat melihat kepergian Taecyeon, Eunjung menjadi sangat sedih.

Satu jam kemudian...

Eunjung baru saja selesai mandi. Ia yang masih menggunakan bathrobe segera keluar dari kamarnya karena mendengar suara gaduh.
“Taecyeon-ssi, apa kau sudah kembali?” Tanya Eunjung mengetuk pintu kamar yang ada disebelah kamarnya.
“Aku tidak mengira rumah ini begitu mewah!!”
Seseorang tiba – tiba saja mengejutkannya dari belakang. Suara itu, Eunjung sangat mengenal suara itu. Ia menutup kembali pintu tersebut lalu berbalik dengan ragu untuk melihat pemilik suara itu.
“R-Ry-Ryou-kun?”
“Waw, lihat dirimu. Kau terlihat begitu menggoda, pantas saja pria itu tertarik padamu.” Ujarnya yang melihat tubuh Eunjung hanya berbalut bathrobe.
Ryou berjalan selangkah demi selangkah mendekati Eunjung.
“Jangan mendekat!! Aku mohon jangan mendekat!!” Seru Eunjung, ketakutan.
Ia mundur bersamaan dengan langkah yang mendekatinya. Tapi ia tidak menyadari bahwa dibelakangnya adalah sebuah tangga. Hal itu membuat Eunjung terpeleset hingga berguling sampai kedasar.
“Akh!”
Akibat benturan keras, kini Eunjung merasakan darah segar mengalir dari kepalanya.
“Apa kau baik–baik saja, Hama-chan?” Tanya Ryou dengan nada menyindir.
Pria itu melempar senyum liciknya dari atas.

---------------------------

“Taecyeon-ah apa kau sama sekali tidak menyadari perasaanku?”
“Ya?”
Hyomin meneguk kembali segelas vodka karena frustasi. Ia sengaja menyuruh Taecyeon datang ke apartemennya hanya untuk mengatakan perasaannya selama ini.
“Hentikan!! Jangan minum lagi.”
Taecyeon menarik gelas tersebut dan menjauhinya dari hadapan Hyomin.
“Katakan yang sebenarnya, mengapa kau seperti ini?”
“Aku mencintaimu, selama ini aku mencintaimu, Taecyeon-ah!! Mengapa kau tidak menyadarinya!!” Pekik Hyomin.
Gadis itu merasa bahwa perasaannya telah membuat dirinya menjadi tidak waras. Ia tidak bisa mengendalikan lagi perasaan itu. Ia pun menumpahkan kesedihannya dengan menangis sendu.
“Hyomin-ah. .”
Hyomin bangkit dengan keseimbangan yang buruk, ia tidak ingin mendengar penjelasan Taecyeon, karena ia sudah tahu apa yang akan dikatakannya.
“Aku sudah tahu, Jadi pergilah!!” Ujar Hyomin, pelan.
Hyomin berlalu menuju kamarnya begitu saja namun Taecyeon segera menghentikan langkah itu.
“Hyomin-ah. . Jangan bersikap seperti ini, aku mohon!!” Seru Taecyeon, memelas.
“Pergilah!! Jangan biarkan gadis itu sendiri, dia lebih membutuhkanmu dibandingkan aku.”
Taecyeon mendekap Hyomin dari belakang, ia hanya berharap gadis itu bisa memahami perasaannya. Dengan begitu, Taecyeon tidak lagi merasa bersalah.
“Baiklah. Tapi kau harus berjanji akan tetap menjadi Park Hyomin yang anggun dan ceria, eumh?”
Hyomin mengangguk pelan dengan wajah penuh air mata.

---------------------------

“Jangan mendekat!! Aku bilang jangan mendekat!!”
Eunjung gemetar melihat Ryou semakin mendekatinya. Pandangannya menjadi kabur setelah benturan tadi, darah pun sudah melumuri bathrobe putihnya. Eunjung berdiri lalu berpegangan pada setiap benda untuk bisa menghindar.
“Bagaimana kalau kita ‘bermain – main’ sebelum aku membawamu pada Tuan-ku, eung?”
Eunjung bergidik ketakutan. “Apa yang kau katakan? Aku ini adikmu, Ryou-kun!!”
“Tapi sayangnya kau adalah adik tiri-ku!!”
Eunjung  mencoba berjalan ke dapur untuk mengambil sesuatu yang bisa mengancam pria itu. Eunjung  berusaha mencari pisau walau dengan keadaan yang sudah memburuk.
“Apa kau mencari ini?”
Ryou menunjukkan pisau sambil mendekati Eunjung. Jarak mereka tidak lagi jauh, kini Ryou telah berada satu meter dari hadapan gadis itu.
“Taecyeon-ssi, tolong aku!!” Bathin Eunjung.
Saat pria itu hendak mendekat, Eunjung langsung melemparkan gelas yang ada didekatnya ke kepala pria itu. Alhasil, Ryou merasakan sakit dikepalanya.
“Hey, Kau!!” Seru Ryou, gusar.
Ryou mendekati Eunjung dan menghempaskan gadis itu hingga tersungkur. Pandangan Eunjung semakin kabur ketika kepalanya kembali membentur sudut meja dapur. Mason terbangun dan ketakutan saat melihat hal itu dari atas tangga. Ia menangis sambil menutup mulutnya agar pria itu tidak mendengar kehadirannya. Lalu ia pun bersembunyi diatas.
“Taecyeon-ssi, aku mohon cepatlah datang!!”
Eunjung tidak bisa lagi melawan, tubuhnya melemah karena darah terus mengucur dari kepalanya. Ryou menjambak rambut Eunjung dan mengusap darah yang mengalir dari sudut bibir Eunjung.
“Bahkan saat sedang sekarat pun kau masih terlihat cantik, Hama-chan. Bagaimana kalau kita melanjutkan perkataanku tadi.”
Ia tidak lagi kuat untuk melawan, Eunjung memejamkan matanya pasrah ketika Ryou akan mengecup bibirnya.
“Taecyeon-ssi, maafkan aku.”  Gumam Eunjung.

Ting Tong Ting Tong

Ryou tidak jadi mengecup bibir Eunjung setelah mendengar bel rumah itu berbunyi.
“Eunjung-ssi, apa kau didalam!!”  Seru Taecyeon dari balik pintu.
“Appa.”  Gumam Mason, menatap pintu.
“Taecyeon-ssi.” Sahut Eunjung, lirih.
Ryou merasa terancam, ia pun segera berlari meninggalkan gadis itu karena tidak ingin hidupnya berakhir didalam penjara.
“Kali ini kau beruntung, Hama-chan.”
Ryou berlari melalui jendela. Tak lama setelahnya Taecyeon masuk karena Eunjung tidak kunjung membukakan pintu untuknya.
“Eunjung-ssi, kau dimana?”
Mason menghampiri Taecyeon sambil menangis, ia memeluk pria itu kuat dan menceritakan apa yang baru saja dilihatnya.
“Lalu, dimana Omma sekarang?”
Mason menarik Taecyeon menuju dapur yang ada disekitar sana.
“Eunjung-ssi!!” Jerit Taecyeon, histeris.
“Omma!!”

Hiks Hiks

Taecyeon berlutut dan mendekap Eunjung erat. Ia berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah.
“Eunjung-ssi, apa kau bisa melihatku?” Tanya Taecyeon, parau.
Eunjung mengangguk pelan. Ia bisa merasakan dekapan hangat pria itu. Mason terus menangis disisi lain Eunjung.
“Mason-ah, jangan menangis!!”
Mason tidak bisa menghentikan tangisnya, ia  begitu menyayangi Eunjung. ia tidak ingin sesuatu terjadi pada gadis itu.
“Taecyeon-ssi.” Ujar Eunjung mengalihkan pandangannya dari Mason dan menatap pria itu.
“Eung?”
“Maafkan aku.”
“U- Untuk apa?”
Taecyeon tidak kuasa menahan air mata itu dan untuk pertama kalinya ia pun menangis dihadapan Eunjung.
“Jangan menangis..”
Taecyeon mengangguk.
“Aku menyanyangi kalian. Terima kasih atas perhatian kalian selama ini.” Papar Eunjung dengan suara serak.
“Aku juga, Eunjung-ah. .”
Eunjung mengangkat tangan kanannya dan mencoba menghapus air mata yang mengalir di pipi Taecyeon.
“Dikehidupan selanjutnya, aku berjanji akan menemuimu sebagai wanita yang pantas untuk kau cintai.”
Taecyeon menggeleng, tangisnya semakin dalam mendengar kalimat itu.
“Tidak peduli seperti apa kehidupanmu, aku pasti akan menyukaimu. Karena aku menyukai dirimu yang seseungguhnya, Eunjung-ssi.”
“Baiklah, Aku mengerti.”
Air  mengalir dari sudut mata Eunjung namun ia berusaha menutupinya dengan senyuman. Ia menarik wajah Taecyeon agar mendekat. Kemudian Eunjung mendaratkan sebuah kecupan hangat di bibir Taecyeon. Bersamaan dengan itu, air mata Taecyeon tiba – tiba menetes tepat dipipi Eunjung. Dan isakan tangis Mason terus mengisi kesunyian tempat itu.
“Terima kasih, Tuhan. Karena telah mempertemukanku dengan dua cinta sekaligus, cinta yang begitu hangat dan selalu melindungiku. Aku sungguh beruntung, bisa bertemu dengan cinta itu sebelum kematian menjemputku. Dan. . Terima kasih untukmu Taecyeon-ssi. Aku sungguh menyayangi kalian.”
Taecyeon terpaku saat tiba – tiba tangan Eunjung terlepas dari pipinya. Suhu tubuhnya berubah menjadi semakin dingin. Ia bisa merasakan itu dari sentuhan bibir mereka. Perlahan Taecyeon melepas tautan bibir mereka lalu menatap Eunjung yang kini tertidur dipelukannya.
“Eunjung-ssi, Apa kau masih mendengarku?” Tanya Taecyeon, lembut.
“Omma. . Omma bangunlah!!” Pinta Mason yang terus menangis histeris.
Tangan Taecyeon bergetar hebat diiringi dengan detak jantungnya yang kini tak beraturan lagi.
“Eunjung-ssi??” Tanya Taecyeon, lagi.
Eunjung tak bergeming, wajah cantiknya kini terlihat pucat. Pita suara Taecyeon seketika tak bisa mengeluarkan suara. Yang bisa diakukannya hanyalah mendekap gadis itu sambil menangis begitupun dengan Mason. Mereka sangat terpukul melihat Eunjung sama sekali tidak membuka matanya. Kejadian yang begitu cepat membuat mereka sulit untuk mempercayainya.


---------------------------


Dua bulan kemudian. .

Seorang pria tengah berdiri disebuah makam yang berada diatas bukit. Ia menatap dalam – dalam nama yang terukir dalam nisan mewah tersebut. Taecyeon terus menatapnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
“Omma, Aku merindukanmu.” Ujar Mason sambil menangis disisi kiri Taecyeon.
Taecyeon menatap Mason iba dan mengusap pucuk kepala anak itu. Namun suara isak tangis lainnya membuat Taecyeon langsung mengalihkan pandangannya kearah tersebut. Ya, Gadis itu adalah Hyomin. Dimana ia menyimpan rasa bersalah yang begitu dalam terhadap gadis itu.
“Eunjung-ssi, maafkan aku. Kalau saja malam itu aku tidak menyuruh Taecyeon datang. Mungkin semua ini tidak akan terjadi.”
Tangis Hyomin semakin menyeruak di pemakaman yang sepi itu. Ia pun menutupi mulutnya agar terdengar samar.
“Hyomin-ah. .”
Taecyeon merangkul Hyomin dan menyandarkan kepala gadis itu di bahunya.
“Jika kau seperti ini, aku yakin Eunjung akan membencimu. Mungkin saat ini dia lebih tenang tinggal disana.” Ujar Taecyeon.
Hyomin pun mengangguk. Selama ini Taecyeon selalu menasehatinya untuk tidak menyalahkan dirinya atas apa yang telah menimpa Eunjung.
“Eunjung-ssi, akan kupastikan pria itu tidak bisa menghirup udara bebas selamanya.”  Gumam Taecyeon.
“Aku berjanji akan menjaga Taecyeon untukmu, Eunjung-shi.” Gumam Hyomin disela isak tangisnya.
“Aku mencintaimu, Eunjung-shi. Aku tidak akan pernah melupakanmu.”  Gumam Taecyeon lagi.
“Omma, Aku mencintaimu.” Ujar Mason mengisi keheningan tempat itu.

---------------------------
 

-The End- 

 

 

Nb : Jangan lupa tinggalkan jejak walau hanya satu kata. Terima Kasih ^_^

1 Comment:

Ade Setiadi mengatakan...

wah ade w ini pinter bgt nulisnya... kunjungi juga web kaka ade ni http://adesetiadi.net/paras-amel-alvi-yang-cantik-diduga-aktris-terlibat-prostitusi-online/

Posting Komentar

Total Penayangan

My Instagram

Instagram